Selasa, 27 Januari 2009

PROSES KEWIRAUSAHAAN

A. Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan

David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitude) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atu keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability(C), incentive(I), dan external environment (E).

Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability, C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E).

Kemampuan berwirausaha (entreprenerial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Kewirausahaan, Suryana (2000: 34)



B. Model Proses Kewirausahaan

Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunanaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti: locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti: pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.

Pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertmbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi dan lingkungan. Faktor yang berasal dari pribadi ialah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasaal dari organisasi antara lain: kelompok, struktur budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain: pesaing, pelanggan, pemasok dn lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana. “Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda Indonesia”, Arman, Bustanul dan Muh. Noer (1-23)

C. Proses Kewirausahaan

Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wiausaha perlu mencari, mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dangan jalan mengatasi sejumlah kekuatan yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.

Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus, yaitu:

1) Identifikasi dan Evaluasi Peluang Yang Ada
Evaluasi peluang merupakan elemen yang paling kritikal dari proses kewirausahaan karena memungkinkan seorang wirausaha apakah produk atau servis khusus dapat menghasilkan hasil yang diperlukan untuk sumber-sumber yang bermanfaat bagi seorang wirausaha guna mengidentifikasi peluang-pelung bisnis:
a) para konsumen
b) serikat dagang
c) para anggota sistem distribusi
d) orang-orang yang berkecimpung dalam bidang teknik

2) Kembangkan Rencana Bisnis
Dalam hal mempersiapkan rencana bisnis adalah penting untuk memahami persoalan-persoalan inti yang terlibat di dalamnya. Karakteristik-karakteristik dan besarnya segmen pasar, syarat-syarat produksi, rencana finansial, rencana organisasi, dan syarat finansial.

3) Sumber-sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan peluang yang ada perlu di ketahui proses tersebut diawali dengan tindakan penilaian sumber-sumber daya wirausaha yang dimiliki. Dalam konteks ini buakn saja perlu diidentifikasi para pensuplai alternatif sumber-sumber daya tersebut. Tetapi pula kebutuhan serta keinginan mereka. Melalui pemahaman kebutuhan para pensuplai sumber-sumber daya tersebut, seorang wirausaha dapat menstruktur sebuah persetujan (a deal) yang memungkinkannya mendapatkan sumber-sumber daya tersebut dengan biaya serendah mungkin.

4) Laksanakan Manajemen Usaha Tersebut
Setelah sumber-sumber daya dicari, maka sang wirausaha perlu mengaktifkannya melalui implementasi rencana bisnisnya. Hal tersebut mencakup kegiatan yang mengimplementasi sebuah gaya dan struktur manajemen. Winardi, Entrepreneur& Entrepreneurship (188-193)




D. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan

Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu:

(1) Proses imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating). Pada tahap ini, wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya: memulai usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang dihasilkan meniru yang sudah ada.

(2) Proses duplikasi dan pengembangan (duplicating and development). Pada tahap ini, wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui deversifikasi dan diferensiasi denagn model sendiri.

C. Proses penciptaan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari schumpeter(1934)

D. Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan wirausaha menjadi dua, yaitu: (a) Tahap awal (perintisan) (b) Tahap pertumbuhan


E. Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, lngkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha berhasil, selain harus kerja keras sesuai urgensinya, wiarausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausaha maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.

Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:
a) Lebih suka risiko yang moderet
b) Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama adalah pencapaian prestasi
c) Locus of control internal. Individu yang memiliki locuc of control internal adalah individu yang memiliki insiatif tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan mencari akar penyebabnya secara efektif
d) Kemampuan inovasi dan kreatifitas. Kreatifitas lebih mengacu kepada idea origination, sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang wirausaha tdk harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan analisis yang baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
e) Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh ke depan. Wirausahawan harus bersifat inpulsif, bukan atas dorongan sesaat dan keberhasilah hanya pada jangka pendek. Akan tetapi, wirausaha memiliki perencanaan yang seksama serta kendali diri yang fleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.
f) Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja atas kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada orang lain yang berara pada lingkungan, menerima kritik dn saran dari orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan adalah:
1) Intelegensi .Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya tehadap tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensia terkait denagn pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat berarti membuka jiwa wirausaha.
2) Latar belakang budaya. Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka secara tidak langsung dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan menentukan prilaku manusia.
3) Jenis kelamin. Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita dilambangkan sensitif, kooperatif, dan intitutif.
4) Tingkat pendidikan
5) Usia
6) Pola asuh keluarga

F. Tantangan Berwirausaha

Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha. Wirausaha harus menerima berbagai risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak seorang pun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu bisnis.


G. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memilki kemampuan manajerial dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama membuat perusahaan kurang berhasil.
(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber-sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Yaitu dengan memelihara aliran kas , mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasialn usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
(6) Kurang pengawasan peralatan.Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan tidak efektif.
(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal adalah besar.
(8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu mmbuat peralihan setiap waktu.

Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu:
(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu adalah rugi dan sewaktu-waktu juga ada untungnya. Kondisi seperti inilah yang membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Kegagalan investasi mengakibatkan seorang mundur dari kegiatan wirausaha. Bagi seorang wirausaha sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan.Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin jadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa menghadapi tantangan.Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.


H. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha
Adapun keuntungan dalam berwirausaha adalah:
(1) Imbalan berupa laba. Bebas dari batasan gaji standar untuk pekerjaan distandardisasikan. Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Tidaklah mengejutkan imbalan berupa laba adalah motivasi yang lebih kuat dari wirausaha tertentu.
(2) Imbalan berupa kebebasan. Bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi, Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain dari seorang wirausaha. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibelitas di satu sisi saja. Akan tetapi, wirausaha pada umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karir kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri.
(3) Imbalan berupa kebebasan menjalani hidup. Bebas dari rutinitas, kebosana dan pekerjaan yang tidak menantang. Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal dari kebebasan mereka, tapi pada kenikmatan tersebut merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. (Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil: Justin,Carlos & J.William, 2001 : 7-9)

Kerugian dalam berwirausaha adalah:
(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja pada waktu yang lam dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan yng kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.



I. Cara Menghindari Kegagalan dalam Berwirausaha

Kita telah melihat alasan-alasan yan paling umum di balik kegagalan berwirausaha. Sekarang kita harus mempelajari cara menghindari dari kegagalan dan memperoleh wawasan mengenai hal-hal yang membuat suatu usaha tersebut dapat berhasil. Saran-saran untuk keberhasilan berasal dari sebab-sebab kegagalan.
1. Mengenali Bisnis Anda Secara Mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatkan pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh di bisnis itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin misalnya, majalah bisnis, jurnal niaga, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan dimasuki. Hubungan pribadi dengan pemasok, pelanggan, perkumpulan bisnis, dan kegiatan lainnya dalam industri yang samaadalah cara lain yang baik untuk memperoleh pengetahuan itu.

2. Menembangkan Rencana Bisnis yang Matang. Untuk wirausahawan yang baru, rencana bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan bisnis. Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas. Namun para wirausahawan, yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, sering kali langsung lompat ke suatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. Tetapi rencana bisnis yang seksama dan informasi keuangan yang tepat merupakan hal yang kritis. Ini semua akan membantu dalam mengambil keputusan yang penting mengenai bisnis.dan harus terus menerus memantau apa yang telah dicapai sesuai yang telah direncanakan.

3. Mengelola Sumber Daya Keuangan. Pertahanan terbaik dalam menghadapi persoalan keuangan adalah denagn mengembangkan sistem informasi keuangan dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. Tidak ada wirausahawan yang dapat mengendalikan bisnisnya tanpa mengetahui kesehatan bisnisnya.

Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal permulaan yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal yang terlalu kecil. Sedangkan sumber daya yang paling berharga untuk bisnis kecil adalah uang tunai. Memang menghasilkan laba itu penting untuk dapat bertahan dalam jangka panjang, tetapi sebuah perusahaan harus cukup memiliki uang untuk membayar tagihan dan kewajiban lainnya. Beberapa wirausahawan mengandalkan pertumbuhan penjualan untuk menutupi kebutuhan dana perusahaan, tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi. Perusahaan yang sedang tumbuh biasanya memerlukan lebih banyak uang tunai daripada yang dihasilkannya dan semakin meningkatannya, semakin banyak pula menghabiskan uang.

4. Memahami Laporan Keuangan. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Hampir selalu catatan-catatan ini hanya digunakan untuk keperluan pajak dan tidak dimanfaatkan sebagai alat pengendali yang vital. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisnis, seorang wirausaha paling tidak harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akuntansi dan keuangan.

Apabila dianalisa dan ditafsirkan dengan benar, laporan-laporan keuangan ini merupakan indikator-indikator yang dapat dipercaya mengenai kesehatan perusahaan kecil. Laporan-laporan ini cukup membantu dalam memberi peringatan adanya masalah. Sebagai contoh, penurunan penjualan, tidak tercapainya laba, membengkaknya utang, dan menyusutnya modal kerja, yang semoanya merupakan gejala adanya masalah yang berpotensi mematikan yang membutuhkan perhatian segera.

5. Belajar Mengelola Manusia Secara Efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang akan dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia. Setipa bisnis tergantung pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada pemilik bisnis dapat mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Orang-orang yang diperkerjakan oleh sang wirausahawan pada akhirnya akan menentukan seberapa jauh perusahaan akan berkembang atau seberapa jauh perusahaan akan jatuh. Meskipun demikian, merekrut dan mempertahankan suatu korps karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah. Persoalan ini selalu merupakan tantangan begi setiap pemilik bisnis.

6. Menjaga Kondisi Diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung peda keberadaan dan perhatian secara terus-menerus, oleh sebab itu seoarang wirausahawan perlu memantau kesehatan diri denagn cermat. Stres merupakan masalah utama, terutama bila tidak dikendalikan. Karyawan juga bisa menderita masalah kesehatan. Beberapa bisnis mendapatkan bahwa program kebugaran tubuh yang disponsori perusahaan akan efektif secara biaya. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Thomas W Zimmerer & Norman M. Scarborough (second edition, 28-29)



DAFTAR PUSTAKA

Suryana, Kewirausahaan, Salemba Empat, 2003.
Winardi, Entrepreneur& Entrepreneurship, hal. 188-193
Arman, Bustanul dan Muh.Noer, hal. 1-23, Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda Indonesia.
Justin, Carlos & J.William, hal. 7-9, Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil.
Zimmerer, W. Thomas M. Scarborough.1996, Entrepreneurship and The New Venture Formation. New Jersey: Prentice Hall International Inc. hal. 14,16,17.
Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Thomas W Zimmerer & Norman M. Scarborough, second edition, 28-29)