Minggu, 27 Desember 2009

Family Excellence

Rasulullah pernah bersabda, "Sesungguhnya setiap amal seseorang tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban berdasarkan niat yang dia pasang didalam hatinya”. Ketika mendengarkan dan membaca hadits ini, kita dapat membayangkan ada dua makna yang tersembunyi di dalamnya. Kesatu, prinsip pertama yang diungkap di dalam hadits ini adalah bahwa ketika melakukan suatu pekerjaan, maka harus mengawali pekerjaan ini dengan niat. Pekerjaan yang baik harus dimulai dengan niat yang baik. Kemudian kedua, yang menarik disini adalah walau niat itu dibaca di awal perbuatan, tapi sebenarnya isi dari niat itu sendiri menggambarkan sebuah tujuan. Dan, tujuan biasanya ada di bagian akhir dari suatu pekerjaan. ltu satu hal yang kelihatannya mungkin kontradiktif, bertentangan satu sama lain. Di satu sisi kita disuruh untuk berniat di awal perbuatan, di sisi yang lain isi dari niat itu merupakan tujuan yang ada diakhir.

Ada satu hal yang sangat menarik di dalam kehidupan seharihari kita. Dari sebuah survey yang terbatas, kita melihat bahwa ternyata di masyarakat kita, ada lima macam model rumah tangga. Ada lima macam gaya rumah tangga.

Yang pertama model rumah tangga gaya hotel. Hotel adalah tempat transit, dia bukan tempat tinggal untuk menetap dalam jangka waktu yang lama. Kalau melihat ada sebuah rumah tangga di mana sang suami pulang ke rumah hanya untuk menumpang tidur, makan, (maaf) buang air, maka sebenarnya model rumah tangga itu sudah bisa disebut sebagai kategorinya model rumah tangga gaya hotel. Yang sering disebut 3 UR: dapur, kasur, sumur. Atau 3K: kamar tidur, kamar mandi, dan kamar makan.

Yang kedua, model rumah tangga gaya hospital 'rumah sakit'. Didalam sebuah rumah sakit itu ada yang namanya pasien dan ada yang namanya dokter. si pasien berkata kepada dokter, "Dok, saya sudah berobat kemana-mana dan tidak sembuh juga. Ketika saya bertemu dengan Anda, saya bisa sembuh”. Wah dokter itu dengan arogan dan sombongnya mengatakan, "Beruntung Anda bisa berobat dengan saya. Kalau tidak ada saya, kamu tidak akan bisa sembuh”. ltu kata sang dokter. Kemudian sebaliknya sang pasien mengatakan, "Kalau saya tidak berobat dengan Anda, Anda tidak akan dapat duit”.

Yang ketiga, model rumah tangga gaya pasar. Di pasar ada pembelI dan penjual. Si pembeli ini ingin membeli barang semurah mungkin, sebaliknya si penjual ingin menjual barang semahal mungkin. Si pembeli berkata,"Pokoknya harganya sekian”. Si penjual juga berkata, "Pokoknya harganya sekian”. Dua-duanya pakai kata ’pokok’ Susah. Tidak ada koma, masing-masing menggunakan titik.

Kemudian yang keempat model rumah tangga gaya Grave, kuburan. Suasana yang khas dari kuburan itu adalah sunyi, senyap, tenang, dan tidak ada suara. ltulah rumah tangga gaya kuburan. Suami istri hidup sudah puluhan tahun tidak pernah berkomunikasi, tidak pernah ada kata-kata. Suami dan istri saling tidak bertegur sapa. No communication, Nowords, tidak ada komunikasi, tidak ada kata-kata.

Yang kelima adalah model rumah tangga gaya sekolah, school. Model rumah tangga gaya sekolah itu adalah ditandai dengan 3A. A yang pertama adalah Asah, A yang kedua adalah Asih, A yang ketiga adalah Asuh. Di dalam rumah tangga model ini ada komunikasi dua arah, bukan satu arah, bukan suami terhadap istri atau istri terhadap suami, harus ada dua arah. Dalam suatu rumah tangga yang sudah komitmen, maka mereka mengawali komitmen itu bersama. Bukan hanya satu pihak, tapi dua pihak itu sekaligus. Jika berkomitmenakan akan membentuk rumah tangga gaya sekolah. Bersiaplah dengan 3A tadi. Saling mengasah, yaitu saling menajamkan wawasan. Tidak semua suami memiliki wawasan yang sangat luas, begitu pula istri. Dengan adanya pertemuan suami istri, terjadilah pertukaran wawasan. Sharing knowledge, sharing experiences, berbagi wawasan dan pengaIaman.

Kemudian model yang keenam sebagai tambahan, model rumah tangga gaya masjid. Model rumah tangga gaya masjid. Ada empat ciri.
1. Ketulusan, sincerity, dibangun dalam ketulusan. Shalat tidak akan sah karau tidak dibangun dengan wudhu. Kita wudhu bersama. Kita basuh muka dan terapak tangan kita, kita basuh kaki kita, kita basuh kepala kita, telinga kita, kita kumur-kumur. Tujuannya adarah kebersihan hati, keturusan jiwa. Rumah tangga masjid adalah ketulusan jiwa.
2. Ada imam dan ada makmum. Alangkah indahnya sebuah rumah tangga, jika imam adalah suaminya, makmum adalah istri dan anak-anaknya. Imam bergerak ruku istripun ruku, ada kebersamaan.
3. Loyalitas. Keluarga sakinah adalah loyalitas. Kesetiaan mutlak dari istri terhadap suami. Kecuali jika telah melakukan penyimpangan.
4. Shalat diakhiri dengan salam. Assalamu'alaikum ke kanan dan ke kiri. Keselamatan, ketenangan, dan kedamaian senantiasa mewarnai suasana dalam rumah tangga gaya masjid. Bukan keresahan, bukan konflik, bukan baku hantam.

Kesimpulan dalam pembahasan kali ini adalah bahwa untuk menjadi keluarga yang unggul, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, tentukan akhir yang Anda inginkan daram kehidupan rumah tangga ini. Tentukan model rumah tangga yang tepat, gaya rumah tangga sekolah dan masjid. Kedua, tanamkan dalam pikiran dan pasangan mengenai komitmen untuk memulai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar