Sabtu, 10 Oktober 2009

Power In Management

KEKUASAAN : ASPEK MANAJEMEN YANG DIABAIKAN

Para manajer biasanya memperoleh dan menggunakan kekuasaan. Mereka melakukannya dengan sengaja, dengan sadar, secara intuitif dan secara tak sadar. Mereka menggunakan berbagai metode yang dalam pengajaran ini, sebagian lagi tidak. Perilaku yang berorientasi kekuasaan dapat mempunyai dampak pada kemajuan manajerial, pada pelaksanaan pekerjaan, pada efektivitas organisaional, dan pada kehidupan orang banyak. Dampak ini bisa kecil atau besar; bisa dinilai baik atau buruk.
Barangkali ada banyak alasan mengapa begitu sedikit perhatian yang telah diberikan kepada persoaln dinamika kekuasaan di dalam manajemen. Tentu saja satu alasan utama ialah perasaan campur aduk yang dimiliki orang-orang Amerika, khususnya para manajer, terhadap kekuasaan. Di satu sisi, sebagian orang mengakui bahwa kekuasaan dapat dipakai sebagai suatu fungsi yang bermanfaat, bahwa orang yang sehat hamper selalu mempunyai kekuasaan tertentu yang memberi mereka suatu tingkat kontrol atas hidup mereka. Keadaan tak mempunyai kekuasaan rawan terhadap penganiayaan dan keputusasaan. Sebagiaan orang lagi melihat bahwa para pemimpin di lingkungan ekonomi dan politis membutuhkan kekuasaan tertentu agar dapat memimpin dan mereka merasa bahwa kepemimpinan jelas-jelas perlu dan baik. Pada tingkat ekstrim, individu-individu tertentu sangat terpesona pada kekuasaan. Mereka merasa bahwa bagaimanapun kekuasaan adalah unsure utama di dalam teka-teki kehidupan yang rumit, dan secara magnetis mereka tertarik kepadanya.
Pada sebagian besar orang, hasil akhirnya baik yang berupa sikap negatif maupun sikap positif terhadap kekuasaan adalah ambivalensi yang aneh. Kekuasaan mempesona sekaligus menolak mereka.
Sikap ambivalen terhadap kekuasaan para manajer dapat dilihat pada suatu survey yang baru-baru ini dilaporkan oleh Lyman Porter, dekan Fakultas Manajemen di Universitas California, Irvine.
Sikap-sikap ambivalen terhadap kekuasaan, serta kurangnya informasi yang bermanfaat tentang kekuasaan dan manajemen, menghasilkan kepercayaan-kepercayaan naïf maupun sinis tentang apa yang dilakukan oleh para manajer yang efektif dan berhasil. Kepercayaan-kepercayaan ini bias sangat mahal biayanya dalam masalah-masalah karier maupun organisasional.

DINAMIKA KEKUASAAN DALAM MANAJEMEN:
BASIS BAGI KEMUNCULAN DAN KEPERLUANNYA

Sejumlah alasan yang berbeda telah diajukan untuk menjelaskan mengapa dinamika cenderung muncul secara sistematik di dalam proses manajerial, apa fungsi yang dilayaninya, dan mengapa ia penting.
Dalam arti tertentu, semua alasan mengapa kekuasaan penting bagi para manajer adalah tepat. Tetapi pada saat yang sama alasan-alasan yang diberikan menyesatkan karena tak satu pun dari alasan itu menyentuh inti nyata permasalahan. Tak satu pun dari alasan itu menunjuk secara langsung kepada alasan utama satu-satunya mengapa dinamika kekuasaan adalah suatu aspek esensial efektivitas manajerial. Tak satu pun dari alasan itu berfokus pada ketergantungan yang sudah menjadi sifat pekerjaan-pekerjaan manajerial.

KETERGANTUNGAN DALAM PEKERJAAN-PEKERJAAN MANAJERIAL
Riset yang dilakukan oleh Rosemary Stewar, Leonard Sayles, dan orang lain memperlihatkan dengan jelas bahwa salah satu ciri pembeda pekerjaan manajerial dalam perbandingannya dengan profesi lainnya ialah ketergantungan yang tiada hentinya pada berbagai aktivitas orang lain. Tak seorang pun benar-benar berdiri sendiri, tetapi keefektivan para dokter dan ahli matematika, misalnya, secara lebih langsung diperoleh dari bakat dan usaha mereka sendiri. Seorang manajer lebih tergantung pada atasan, bawahan, teman sejawat yang ada di bagian lain organisasi, para leveransir dari luar, pelanggan, saingan, seriakt buruh, agen-agen pengatur.
Walaupun sebagian orang mengakui bahwa para manajer “menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain,” sedikit yang benar-benar menyadari persisnya seberapa banyak ketergantungan melekat pada pekerjaan-pekerjaan manajerial.
Terciptanya banyak ketergantungan yang tak perlu oleh sebuah struktur organisasi yang kurang baik atau praktek-praktek manajemen yang kurang baik. Orang dapat beragumen bahwa manajer tergantung pada sekretaris bosnya karena praktek-praktek manajemen yang buruk di pihak atasannya. Bahkan di dalam kasus di mana stuktur dan praktek-praktek manajemen sempurna, sejumlah ketergantungan yang sangat besar masih merupakan bagian inheren dari pekerjaan-pekerjaan manajerial—karena dua faktor terbatas.

RAWANNYA KETERGANTUNGAN
Berurusan dengan rawannya ketergantungan adalah suatu bagian pekerjaan manajer yang paling penting namun sulit. Walaupun dimungkinkan secara teoritis bahwa semua orang dan organisasi tempat bergantungnya seorang manajer secara otomatis akan bertindak persis seperti keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan sang manajer namun di dalam kenyataan hal itu nyaris tak pernah terjadi.
Sebenarnya para manajer sering mendapati dirinya tergantung pada banyak orang yang tidak mereka kendalikan secara langsung dan tidak “bekerjasama”. Ini adalah kunci bagi salah satu frustrasi terbesar yang dialami banyak manajer di dalam pekerjaannya, bahkan di dalam pekerjaan-pekerjaan puncak. Anda harus menemukan cara-cara lain untuk membuat orang mau bekerjasama.”

MUNCULNYA DINAMIKA KEKUASAAN YANG DIPERLUKAN
Bukti yang dikumpulkan melalui pengamatan dan bincang-bincang dengan para manajer, menyarankan para manajer yang berhasil mengatasi ketergantungannya pada orang lain untuk menjadi peka terhadapnya. Melenyapkan atau menghindari ketergantungan yang tidak perlu, dan dengan membangun daya kompensasi terhadap orang lain. Para manajer yang baik kemudian menggunakan daya itu untuk membantu mereka merencanakan, mengatur, mengangkat karyawan, membuat anggaran belanja, memotivasi dan mengevaluasi.
Dengan kata lain, alasan utama munculnya dinamika kekuasaan dan memainkan peran penting di dalam organisasi tidak mesti karena para manajer haus kekuasaan atau karena mereka sangat ingin maju, atau karena ada konflik bawaan antara para manajer yang punya otoritas dengan para pekerja yang tidak punya. Alasannya ialah karena ketergantungan bawaan pada pekerjaan-pekerjaan manajerial lebih besar dibandingkan kekuasaan atau control yang diberikan kepada orang yang melaksanakan pekerjan itu. Dengan adanya keadaan-keadaan ini, dinamika kekuasaan tak terhindarkan dan diperlukan untuk membuat organisasi-organisasi berfungsi dengan baik.

METODE-METODE DASAR UNTUK MEMPEROLEH DAN
MEMPERTAHANKAN KEKUASAAN
Sebagian orang yang telah mencapai sukses dalam manajerial menggunakan metode-metode yang sama dengan derajat yang bervariasi untuk memperoleh kekuasaan.
MEMPEROLEH KONTROL ATAS SUMBER DAYA YANG NYATA
Memperoleh kekuasaan berarti memperoleh pengaruh potensial yakni, potensial untuk membuat orang lain untuk melakukan apa yang Anda inginkan atau mencegah mereka memaksa Anda melakukan sesuatu. Cara yang paling nyata yakni dengan mengembangkan potensi tersebut dan memperoleh kontrol langsung atas sumber-sumber daya yang nyata.
MEMEPEROLEH INFORMASI DAN KONTROL ATAS SALURAN-SALURAN INFORMASI
Cara kedua di mana para manajer dapat memperoleh kekuasaan adalah melalui kontrol terhadap informasi yang bermanfaat dan saluran-saluran informasi. Kontrol atas informasi yang langka atas apa yang memotivasi orang yang spesifik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah seseorang. Dengan demikian, informasi adalah kekuasaan.
MEMBANGUN HUBUNGAN-HUBUNGAN YANG BAIK
Memperoleh kekuasaan melalui hubungan-hubungan pada dasarnya adalah suatu latihan dalam mengembangkan tipe kredibilitas tertentu.
Menciptakan rasa kewajiban
Satu cara seorang manajer dapat membangun hubungan-hubungan yang baik dengan orang lain ialah dengan membuat mereka merasa wajib dengan cara-cara tertentu.
Membangun reputasi professional yang baik
Orang akan sering patuh kepada manajer karena mereka percaya pada keahlian khusus sang manajer. Tipe kekuasaan ini biasanya dibangun melalui prestasi yang kelihatan.
Mendorong identifikasi
Bentuk kekuasaan ini paling jelas terlihat dalam cara orang berhubungan dengan para pemimpin kharismatik. Pada umumnya, semakin seseorang mengidealkan seorang manajer, baik secara sadar maupun tidak, ia akan semakin patuh kepada manajer itu.
Menciptakan ketergantungan yang dirasakan
Para manajer sering menggunakan dua metode untuk menciptakan ketergantungan yang dirasakan. Dalam metode yang pertama, sang manajer mengontrol sumber-sumber daya yang dibutuhkan orang lain tetapi yang tidak mereka miliki atau tidak dapat diperoleh dengan cepat di tempat lain. sang manajer harus memastikan bahwa mereka merasa ia menggunakan sumber daya tersebut untuk membantu atau nerintangi mereka.

PERBEDAAN-PERBEDAAN SITUASIONAL DALAM MEPEROLEH DAN MENGGUNAKAN KEKUASAAN

Tuntutan-tuntutan yang dihadapkan kepada para manajer di dalam tipe-tipe pekerjaan yang berbeda di dalam organisasi-organisasi yang berbeda sangat berubah-rubah. Orang perlu memahami secara keseluruhan pekerjaan itu sendiri dan tuntutan-tuntutan yang dihadapkannya kepada sang manajer. Secara khusus, orang perlu menyadari jumlah ketergantunganberkenaan dengan pekerjaan.
Pekerjaan manajerial dapat berbeda secara signifikan dalam hal derajat dan tingkat ketergantungan sang manajer. Semakin besar jumlah ketergantungan berkenaan dengan pekerjaan, cenderung semakin banyak waktu dan tenaga yang dicurahkan sang manajer di dalam perilaku yang berorientasi kekuasaan untuk mengatasi ketergantungan itu.
Sejumlah faktor yang tampaknya berkaitan erat dengan variasi dalam ketergantungan berkenaan dengan pekerjaan, yaitu
a. Dalam suatu organisasi
1. Tanggung jawab pekerjaan
2. Laporan-laporan yang langsung dan tak langsung
3. Pengendalian diri
4. Para bos
b. Dalam lintas organisasi
1. Ukuran organisasional
2. Ketergantungan lingkungan
3. Ketaktentuan lingkungan
4. Tujuan-tujuan organisasional
5. Kelangkaan sumber daya
6. Teknologi
7. Kedekatan fisik operasional
8. Struktur formal
9. Pengukuran kinerja
10. Sistem-sistem penghargaan
Factor-faktor di atas memberikan pengertian mengenai ketergantungan berkenaan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan perilaku berorientasi kekuasaan.

PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN
Hubungan dasar antara manajemen efektif dengan perilaku yang berorientasi kekuasaan dapat diringkaskan demikian: Dengan ketergantungan berkenaan dengan pekerjaan yang lebih besar, kebutuhan akan perilaku berorientasi kekuasaan dan bentuk-bentuknya yang lebih berbahaya. Di dalam pekerjaan itu, seseorang dapat betul-betul efektif terutama karena kecerdasan, motivasi, dan keahlian khusus di dalam teknologi organisasi, produk, atau pasar.
Namun demikian, perilaku berorientasi kekuasaan saja tidak menjamin kinerja yang baik, karena dua alasan: pertama, karena tipe-tipe lain dari perilaku jelas-jelas juga diperlukan pada sebagian besar pekerjaan manajemen; dan kedua, karena perilaku berorientasi kekuasaan yang mengelola ketergantungan berkenaan dengan pekerjaan secara memadai masih dapat mempunyai dampak negatif pada individuatau aktivitas-aktivitas lainnya, dengan demikian lebih merugikan organisasi itu ketimbang membantunya.
Penyalahgunaan kekuasaan sering terjadi ketika ketergantungan yang melekat pada pekerjaan manajerial lebih besar secara signifikan daripada keahlian kekuasaan pemegang jabatan, meskipun si pemegang jabatan sebelumnya telah menunjukkan level integritas pribadi yang lumayan tinggi.
Banyak kasus penyalahgunaan kakuasaan di level-level manajemen menengah dan yang lebih rendah dapat dirunut kembali kepada kasus-kasus lain penyalahgunaan kekuasaan yangterjadi di puncak organisasi-organisasi itu sendiri.
Akibat-akibat negative dari jurang yang besar di antara ketergantungan pekerjaan dengan keahlian kekuasaan biasanya menjadi lebih signifikan sewaktu seseorang menaiki hierarki di dalam suatu organisasi. Dengan demikian beban untuk menciptakan efektivitas organisasional dan meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan jatuh dengan berat kepada para manajer puncak kadang-kadang terlalu berat bahkan bagiorang yang paling berbakat.

PERILAKU BERORIENTASI KEKUASAAN DAN KBERHASILAN DALAM KARIER MANAJERIAL

Para manajer yng mempunyai keahlian dan kecenderungan kepada perilaku berorientasi pada kekuasaan sering muncul dengan sangat cepat di dalam organisasi. Mereka melakukan hal itu dengan memperluas ketergantungan dalam pekerjaan-pekerjaannya.
Orang yang mempunyai keahlian berorientasi kekuasaan cenderung berhasil di dalam kaier manajerialnya selama mereka mempunyai persyaratan-persyaratan manajerial lain yang diperlukan. Namun demikian, banyak dari orang-orang ini mengalami masalah-masalah pada suatu titik atau titik lain di dalam karier mereka: persoalan-persoalan biasanya dihubungkan dengan tak sepadannya antara keahlian dan kemampuan mereka dengan persyaratan pekerjaan yang mereka terima atau dengan adaptasi pada pekerjaan yang baru.
Masalah-masalah karier yang tipikal yang dihadapi para manajer karena kurangnya pengertian atas dinamika kekuasaan dapat diatasi atau dihindari sama sekali oleh sebagian besar orang. Kuncinya adalah kesadaran. Suatu kesadaran atas pola-pola kekuasaan/ketergantungan seorang manajer berusia 35 tahun yang sangat berhasil memutuskan apakah menerima suatu tawaran untuk mengambil alih kepala sebuah divisi di dalam perusahaan lain.
Suatu pengertian mengenai dinamika kekuasaan juga dapat membantu para manajer dalam membuat keputusan-keputusan personal dan organisasional yang beraneka ragam. Sejumlah manajer telah menggunakan suatu bentuk analisis yang mirip untuk membantu mereka membuat keputusan menyewa dan menaikkan pangkat.
Suatu keakraban dengan dinamika kekuasaan dapat membantu para manajer memahami perilaku orang penting dengan siapa ia berinteraksi. Seorang manajer di lingkungan universitas, misalnya, tak mampu memahami aspek-aspek tertentu perilaku rektor universitas itu dalam hubungannya dengan badan pengelola. Kurangnya pengertian ini mengakibatkan interaksi negatif yang pertama yang ia alami dengan sang rektor. Dengan putus asa sang manajer ingin menghindari masalah itu di masa depan karena ia sangat menghargai sang rektor, seorang pria yang mempunyai kecakapan luar biasa. Universitas itu telah mengalami kemakmuran yang besar selama lima belas tahun masa jabatannya.

BEBERAPA REKOMENDASI
Kekuasaan di dalam manajemen adalah suatu topik kompleks yang tidak mudah direduksi menjadi resep-resep “bagaimana”. Namun demikian, akan menjadi hal yang terbaikbagi para manajer mengikuti garis pedoman berikut ini :
1. Kenali keahlian kekuasaan dan kemampuan-kemampuan Anda sendiri.
2. Secara eksplisit perhitungan kekuasaan dan ketergantungan pada saat merencanakan karier atau pada saat Anda mencari pekerjaan.
3. Sebelum memulai suatu pekerjaan yang baru, pertimbangkan dengan hati-hati rangkaian aktivitas apa yang dapat Anda mengembangkan kekuasaan yang kelak Anda butuhkan.
4. Jika Anda kurang efektif pada pekerjaan Anda sekarang daripada yang Anda inginkan, periksalah jika itu masalah kekuasaan / ketergantungan.
5. Jika Anda menemukan diri di dalam sebuah pekerjaan yang ketergantungan-ketergantungannya adalah lebih besar secara signifikan daripada keahlian-keahlian kekuasaan Anda dan Anda tidak mampu mengubahnya tanpa menyalahgunakan kekuasaan,KELUAR!
6. Apabila Anda mempunyai kesempatan, mencoba mempengaruhi para pendidik dan mengelola pengembangan personal untuk lebih memfokuskan pada kekuasaan dan pengaruh.

Resources : Power in Management, Jhon P Kotter

Tidak ada komentar:

Posting Komentar