Minggu, 24 Oktober 2010

service quality

A. Pengertian Kualitas ( Quality)
Menurut Garvin dalam Tjiptono (2008:77) ada lima perspektif kualitas yang berkembang saat ini yakni :
1. Transcendental approach
Dalam perspektif ini, kualitas dipandang sebagais sesuatu yang secara intuitif dapat dipahami, namun hampir tidak mungkin dikomunikasikan, contohnya kecantikan atau cinta. Perspektif ini menegaskan bahwa orang hanya dapat belajar memahami kualitas melalui pengalaman yang didapatkan.
2. Product-based approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas merupakan karakteristik, komponen atau atribut objektif yang dapat diperhitungkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam hal kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Semakin banyak atribut yang dimiliki sebuah produk atau merek, semakin berkualitas produk atau merek bersangkutan.
3. User-based approach
Perspektif ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk yang paling memuaskan seseorang merupakan produk yang berkualitas tinggi. Perspektif yang bersifat subjektif ini menyatakan bahwa setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan keinginan masing-masing yang berbeda satu sama lain, sehingga kualitas bagi seseorang adalah kepuasan maksimum yang dirasakannya.
4. Manufacturing-based approach
Perspektif ini lebih terfokus pada peraktik-peraktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefenisikan kualitas sebagai kesesuaian atau kecocokan dengan persyaratan. Ancangan semacam ini menekankan penyesuaian spesifikasi produksi dan operasi yang disusun secara internal, yang sering kali dipicu oleh keinginan untuk meningkatkan produktifitas dan menekan biaya. Jadi, yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, bukan konsumen yang membeli atau menggunakan produk jasa.
5. Value-based approach
Perspektif ini memandang kualitas dari aspek nilai dan harga, dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefenisikan sebagai tingkat kinerja yang terbaik atau yang sepada dengan harga yang dibayarkan. Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Tetapi produk yang paling bernilai adalah barang/jasa yang paling tepat dibeli atau digunakan.

B. Pengertian Pelayanan (Service)
Secara sederhana, istilah service dapat diartikan sebagai perbuatan melakukan sesuatu bagi orang lain. Akan tetapi, tidak mudah mencari persamaan kata dalam bahasa indonesia yang sesuai untuk istilah tersebut. Setidaknya ada tiga istilah tersebut, yakni jasa, layanan dan service. Sebagai jasa, service umumnya mencerminkan produk yang tidak berwujud (intangible) atau sektor industri spesifik, seperti pendidikan, kesehatan, komunikasi, transportasi, asuransi, perbankan, perhotelan, konstruksi, perdagangan, rekreasi, dan lain-lain. (Tjiptono 2008:1)

Konsep service sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk/jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa jauh suatu produk mampu memenuhi persyaratan atas spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan. Dalam persektif Total Quality Management, kualitas dipandang secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan melainkan juga meliputi proses lingkungan, dan manusia. Hal ini tampak dalam defenisi yang dirumuskan Goetsh dan Davis dalam Tjiptono (2004:51) bahwa kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Dalam literatur manajemen dijumpai setidaknya ada 4 ruang lingkup defenisi konsep service
Pertama : Service menggambarkan berbagai subsektor dalam kategorisasi aktifitas ekonomi, seperti transportasi, finansial, perdagangan ritel, personal service, kesehatan, pendidikan, dan layanan publik. Dengan kata lain lingkupnya adalah industri.
Kedua : Service dipandang sebagaiproduk yang intangible yang hasilnya lebih berupa aktifitas daripada subjek fisik, meskipun dalam kenyataannya bisa saja produk fisik dilibatkan (misalnya makanan dan minuman direstoran, dan pesawat jasa penerbangan). Jadi, dalam hal ini ruang lingkupnya adalah tawaran produk.
Ketiga : Service merefleksikan proses, yang mencakup penyampaian produk utama, intraksi personal, kinerja dalam arti luas (termasuk didalamnya drama dan penampilan), serta pengalaman layanan.
Keempat : Service dapat pula dipandang sebagai sebuah sitem yang terdiri atas dua komponen utama, yakni service operation yang kerap kali tidak tampak atau tidak diketahui keberadaannya oleh pelanggan. Dan service delivery yang biasanya tampak atau diketahui pelanggan.


C. Bentuk-Bentuk Layanan
Secara garis besar, bentuk-bentuk layanan dapat dikelompokkan menurut berbagai kriteria. Salah satunya adalah daya tahan (durability) atau berwujud (tangibility) produk saling berkaitan. Berdasarkan keriteria ini, peroduk dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1. Barang tidak tahan lama (non-durable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang yang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapakali pemakaian. Umur ekonomisnya maksimum satu tahun.
2. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama dalah barang berwujud yang biasanya bias bertahan lama atau berumur ekonomis lebih dari satu tahun.
3. Jasa (service)
Jasa merupakan aktifitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya transportasi, bengkel reparasi, salon kecantikan, restoran, hotel, rumah sakit, universitas, dan lain-lain.
Menurut Zeithaml dan Bitner dalam Hurriyati (2005:28) ”Jasa pelayanan pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk dalam pengertian fisik, dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya.”
Berdasarkan pengertian jasa di atas, Tjiptono (2004:18) mengutarakan ada lima karakteristik utama jasa bagi pembeli pertamanya.
1. Intangibility (tidak berwujud)
Jasa bebeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda; maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja (performance), atau usaha. Oleh sebab itu, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Barang biasa diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.
2. Variability / Heterogeneity (berubah-ubah)
Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung kepada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. Hal ini dikarenakan jasa melibatkan unsur manusia dalam proses produksi dan konsumsinya yang cenderung tidak bisa diprediksi dan cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilakunya.
3. Perishability (tidak tahan lama)
Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja karena tidak bisa disimpan.
4. Lack of Ownership
Lack of ownership merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang. Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau menjualnya. Di lain pihak, pada pembelian jasa, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar hotel, bioskop, jasa penerbagan san pendidikan)

Perilaku konsumen

Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan yang mentyusul tindakan itu. Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Setiadi (2003:3) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimanamanusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Terdapat tiga ide penting perilaku konsumen dalam pengertian tersebut :
a. Perilaku Konsumen melibatkan pertukaran, karena itu peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumenmelalui penerapan berbagai strategi pemasaran.
b. Perilaku Konsumen melibatkan interaksi afeksi (perasaan), kognisi (pemikiran), perilaku dan kejadian di lingkungannya.
c Perilaku Konsumen bersifat dinamis, dengan artian bahwa perilaku konsumen, kelompok konsumen, atau masyarakatluas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaa, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar tetapi harus benar-benar diperhitungkan. Setiadi (2003: 11-15) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen :
a. Faktor- faktor Kebudayaan
Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga sosial lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub budaya yang kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.
b. Faktor-Faktor Sosial
Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Keluarga dapat dibedaka menjadi dua kelompok, yaitu keluarga orientasi yakni merupakan orang tua dari seseorang, dan keluarga prokreasi yakni pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupakan organisasi pembeli dan konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status.
c. Faktor Pribadi
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh umur dan tahapan siklus hidup keluarga dan juga pekerjaan. Keadaan ekonomi seseorang terdiri dari pendapatan yang dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. Kepribadian dan konsep diri merupakan karakteristik psikoligis yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.
d. Faktor Psikologis
Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari suau keadaan psikologis tertentu, seperti rasa lapar, rasa haus, dan rasa tidak nyaman. Persepsi didefenisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Kepercayaan dan sikap merupakan suatu gagasan deskriptif yang dimiliki oleh seseorang terhadap sesuatu.

Pengambilan Keputusan Pembelian
Suatu keputusan melibatkan pilihan alternatif. Semua aspek pengaruh dan kognisi dilibatkan dalam pengambilan keputusan konsumen. Akan tetapi inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasai alternatif-alternatif dan memilih salah astu diantaranya.
Menurut setiadi (2003 :16)), proses pembelian yang spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut : pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.


Secara rinci tahap – tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengenalan masalah (Problem Recognition)
Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkan.
2. Pencarian Informasi (Information Search)
Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya akan terdorong untuk mencari informasi lebih banyak tentang produk yang diinginkannya. Umumnya jumlah aktivitas pencarian dari situasi pemecahan masalah yang terbatas ke pemecahan masalah yang ekstensif. Semakin banyak informasi yang didapat, kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang adanya merek dan fitur akan meningkat.
3. Evaluasi alternatif (Evaluation of Alternatif)
Evaluasi alternatif adalah cara konsumen memperoleh informasi yang menghasilkan berbagai pilihan merek. Ada beberapa proses evaluasi keputusan. Kebanyakan model dari proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasar pertimbangan yang sadar dan rasional.
4. Keputusan Membeli (Purchase Decision)
Pada tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi terhadap merek-merek yang terdapat pada perangkat pilihan. Dua faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli adalah sikap orang lain dan faktor keadaan tidak terduga, seperti pendapatan dan harga.
5. Perilaku setelah pembelian (Post Purchase Behaviour)
Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen juga akan terlibat dalam tindakan setelah pembelaindan penggunaan produk yang akan menarik minat pasar.

Jenis-jenis Perilaku Keputusan Konsumen
Menurut Kotler (2000: 247-249), ada beberapa jenis perilaku keputusan konsumen, antara lain :
a. Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen sangat terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, beresiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Jenis perilaku pembelian kelompok ini akan melalui suatu proses belajar. Yang pertama ditandai dengan mengembangkan kepercayaan mengenai produk tersebut, kemudian membuat perilaku pembelian dengan kebijaksanaan.
b. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidaksesuaian
Konsumen terkadang terlibat dalam suatu pembelian tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang tinggi ini berdasarkan kenyataan bahwa pembelian tersebut bersifat mahal, jarang dan beresiko. Dalam kasus ini pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa yang tersedia akan membeli dengan cukup tepat karena perbedaan merek tidak nyata. Pembeli menanggapi hanya menurut harga yang baik atau menurut kemudahan dalam membeli.
c. Perilaku Pembelian Menurut Kebiasaan.
Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada perbedaan merek yang signifikan. Terdapat kebiasaan bahwa para konsumen mempunyai keterlibatan rendah dengan kebanyakanbarang yang murah dan sering dibeli. Perilaku konsumen dalam kasus tersebut tidak melalui urutan kepercayaan/pendirian perilaku yang normal. Para konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek, mengevaluasi karakteristiknya dan membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai merek apa yang dibeli.
d. Perilaku Pembelian yang mencari Variasi
Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah tetapi perbedaan merek bersifat nyata. Disini konsumen terlibat banyak melakukan peralihan merek dalam perilaku pembelian.

Periklanan

Iklan adalah kandungan utama dari manajemen promosi yang menggunakan ruang media bayaran beruap televisi, radio, surat kabar, majalah guna menyampaikan pesan Kebanyakan iklan diarahkan kepada kelompok-kelompok spesifik dengan siapa pengiklan ingin berkomunikasi (May Lwin, 2005:15)
Menurut Lamb (2000 : 147) periklanan adalah segala macam bentuk komunikasi yang dibayar dimana sponsor maupun perusahaan diidentifikasi. Periklanan merupakan salah satu tahapan dalam pemasaran yang bertujuan mengubah atau mempengaruhi sikap-sikap konsumen. Periklanan menuntut adanya interaksi antar tiga sisi periklanan yakni pembuat iklan, biro iklan dan pemilik media yang akan memuat iklan. Serangkaina program periklanan dengan sejumlah anggaran dana terentu diharapkan dapat berpengaruh secara positif untuk meningkatkan atau mempertahankan kesadaran/loyalitas merek, meningkatkan pangsa pasar, dan persepsi atas atribut produk. Ketika konsumen sangat loyal terhadap suatu merek, mereka mungkin akan membeli produk tersebut lebih banyak lagi ketika periklanan dinaikkan. Periklanan juga dapat mengubah pentingnya ciri-ciri merek. Pemasar dapat mengubah daya tarik merek sebagai tanggapan terhadap kebutuhan konsumen yang berubah atau mencobamencapai sutau keunggulan atas merek pesaing.
Menurut Tjiptono (2003 : 81) Iklan merupakan kata-kata dalam tayangan iklan atau komersial yang berfungsi untuk menjelaskan manfaat produk dan memberikan alasan mengapa konsumen (calon konsumen) perlu membelinya.

Jenis periklanan:
May Lwin (2002 :15) membagi jenis periklanan :
a. Iklan Strategis digunakan untuk membangun merek. Hal ini dilakukan dengan mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat produk. Perhatian utama dari periklanan strategis ini dalam jangka panjang adalah memposisikan merek serta membangun pangsa pikiran dan pangsa pasar.
b Iklan Taktis memiliki tujuan yang lebih mendesak. Periklanan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu.
c. Iklan Ritel dilakukan oleh toko serba ada, pasar swalayan, dan dealer mobil yang memberikan banyak penawaran khusus dan mempunyai persediaan barang dagang.

d. Iklan Korporat merupakan bentuk lain dari iklan strategis. Iklan ini sering berbicara tentang nilai warisan perusahaan serta komitmen perusahaan terhadap pengawasan mutu.

Tujuan Periklanan
Durianto (2003 : 11-12) mengemukakan tujuan periklanan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan kesadaran pada suatu merek di benak konsumen (create awareness). Brand awareness yang tinggi merupakan kunci pembuka untuk tercapainya brand equity yang kuat. Pemasar seharusnya menyadari bahwa tanpa brand awareness yang tinggi, sulit untuk mendapatkan pangsa pasar yang tingi.
2. Mengkomunikasikan informasi kepada konsumen mengenai atribut dan manfaat suatu merek.
3. Mengembangkan atau mengubah citra sebuah merek. Sebuah merek terkadang mengalami dilusi sehingga perlu diperbaiki citranya. Yang dapat dilakukan adalah melalui iklan.
4. Mengasosiasikan suatu merek dengan perasaan serta emosi. Tujuannya adalah agar ada hubungan emosi antara konsumen dan suatu merek
5. Menciptakan norma-norma kelompok
6. Mengendapkan perilaku. Perilaku konsumen dibentuk lewat iklan.
7. Mengarahkan konsumen untuk membeli produknya dan mempertahankan market power perusahaan. Iklan sangat power full dalam meningkatkan power suatu merek dipasaran.
8. Menarik calon konsumen menjadi konsumen yang loyal dalamjangka waktu tertentu.
9. Mengembangkan sikap positif calon konsumen yang diharapkan dapat menjadi pembeli potensial di masa yang akan datang.

Media Iklan
Ada beberapa media yang dapat digunakan sebagai alat periklanan. Shimp (2003 : 513 - 523) mengemukakan kekuatan dan kelemahan dari iklan yaitu. :
1. Surat Kabar
Kekuatannya :
a. Jangkauan pasar. Surat kabar dapat menjangkau daerah – daerah perkotaan hingga pedesaan sesuai cakupan pasarnya (lokal, regional atau nasional). Misalnya, kompas merupakan surat kabar dengan jangkauan nasional.
b. Comparison shopping. Surat kabar memuat iklan secara tertulis yang dapat dibawa kemana-mana oleh pembacanya. Bahkan pembaca bisa membawanya sampai ketempat belanja sehingga dapat digunakan sebagai referensi untuk memilih barang sewaktu belanja atau sebagai acuan perbandingan harga.
c. Tanggapan konsumen yang positif. Pada umumnya, konsumen memandang surat kabar sebagai media yang memuat hal-hal aktual yang perlu segera diketahui oleh pembaca.
d. Fleksibilitas. Pembuat iklan secara bebas memilih cakupan geografis pasar yang akan diproritaskan. Misalnya, untuk wilayah sumatera utara orang akan memilih analisa, jika sasaran geografis pasarnya adalah nasional maka orang akan lebih efektif jika memilih kompas.
Kelemahan :
a. Dibaca dalam tempo singkat. Surat kabar pada umumnya hanya dibaca sekali saja.
b. Pembatasan kelompok pasar tertentu. Sekalipun surat kabar memiliki sirkulasi luas, kelompok pasar tertentu tetap tidak dapat dilayani dengan baik. Maksudnya tidak semua produk yang dianggap masih tabu tidak dapat diiklankan disurat kabar, seperti alat bantu yang berkaitan dengan masalah seksual.
2. Majalah
Kekuatan :
a. Beberapa majalah mampu menjangkau khalayak yang sangat luas.
b Selektivitas. Majalah mempunyai segmen pasar tertentu. Misalnya majalah bola ditujukan untuk para penggemar bola.
c. Daya tahan lama. Majalah cenderung disimpan setelah selesai dibaca.
d. Mutu reproduksi tinggi. Majalah mempunyai keindahan, mutu, keistimewaan, gengsi dan daya tarik kemewahan.
e. Kemampuan menyajikan informasi yang rinci. Majalah seringkali menyajikan artikel-artikel yang menunjukkan wawasan, keahlian, dan kredibilitas.
f. Potensi keterlibatan tinggi. Kemampuan kreatifitas iklan di majalah dapat membuat konsumen terpengaruh dengan iklan tersebut.
Kelemahan :
a. Tidak mendapat perhatian pembaca.
b. Tenggang waktu yang lama. Pembuat iklan dapat mengubah materi iklan hanya dengan pemberitahuan singkat, karena majalah mempunyai waktu edar hingga muncul edisi baru yang lama
c. Ketidakberaturan letak iklan di majalah membuat pembaca mengabaikan iklan-iklan tersebut.
d. Pilihan geografis yang sedikit terbatas. Pembuat iklan hanya dapat memasang iklan di dalam satu dari beberapa daerah atau negara tertentui.
e. Keberagaman dalam pola sirkulasi dari pasar ke pasar. Misalnya Majalah Rolling Stone, lebih banyak dibaca di daerah metropolitan daripada pedesaan. Dengan demikian pembuat iklan metropolitan yang tertarik tidak dapat menjangkau konsumen yang ada di pedesaan.
3. Radio
Kekuatan :
a. Seleksi Audiens. Setiap stasiun radio memiliki target pendengar yang berbeda-beda, misalnya Most FM memiliki audiens kawula muda dan Smart FM bagi profesional bisnis.
b. Radio adalah media intrusive. Radio memaksa pendengarnya untuk mendengar. Pendengar radio memiliki upaya khusus untuk mengabaikan iklan. Sifat intrusive ini menyebabkan radio memiliki efektivitas untuk menciptakan minat pendengar.
c. Biaya produksi rendah bila dibandingkan dengan mdia iklan yang lainnya. Hal ini disebabkan pembuat iklan tidak perlu menghabiskan biaya yang besar untuk membuat copy atau jingles.
d. Media yang fleksibel. Pendengar radio bervariasi dan mencakup hampir semua segmen pendengar.
e. Bukan media musiman. Siaran radio tidak terpengaruh oleh cuaca dan musim.
f. Murah. Tarif iklan di radio ditetapkan berdasarkan rating position, daya beli segmen, kualitas segmen masyarakat sasaran dan skala pasar.
g. Frekuensi tayang tinggi. Biaya iklan yang relatif murah sehingga dapat menambah frekuensi tayangnya iklan.
h. Imajinatif. Pendengar radio dirangsang untuk berimajinasi terhadap produk yang diiklankan.
i. Bersifat mobile. Radio dapat dibawa kemana saja karena tidak memerlukan tenaga listrik yang besar.
j. Daerah jangkauan luas. Mampu mencakup daerah pinggiran hingga pedesaan, yang terkadang tidak dapat dijangkau surat kabar.
Kelemahan :
a. Tanpa tampilan visual. Pembuat iklan tidak dapat mendemonstrasikan produknya di radio.
b. Terbatasnya waktu untuk mencatat hal-hal penting menngenai isi iklan.
c. Banyaknya stasiun radio membuat pembuat iklan harus memilih stasiun radio yang tepat agar dapat menjangkau konsumen.
4. Internet.
Kekuatan :
a. Iklan internet dapat menjangkau konsumen di seluruh dunia untuk para pengguna internet
b. Media yang paling jelas diukur efektifitas dan efisiennya. Pengguna internet yang sekedar main-main sampai yang serius dapat ditelusuri dengan perangkat lunak. Salah satu metode untuk mengukur efektivitas suatu banner iklan adalah “click through rate” , yaitu persentase dari web surfer yang melakukan klik terhadap iklan tersebut. Menurut Andrea Peterson, kalau angka ini bisa melewati satu persen saja, ia sudah dianggap efektif.
Kelemahan :
a. Tingkat Penggunaan internet masih sangat rendah terutama di negara berkembang
b. Dalam internet, iklan memiliki batas yang tipis dengan transaksi. Sumber pendapatan portal yang masih kurang memadai membuat media ini masih kurang berkembang di Indonesia. Pada umumnya rata-rata portal di Indonesia mendapatkan sumber uang dari dua sumber tetap yaitu referral fee dan ads fee .
5. Iklan Televsi
Durianto (2003 : 35 – 36) mengemukakan kekuatan dan kelemahan iklan televisi, yaitu :
Kekuatan :
a. Efisiensi Biaya.
Televisi mampu menjangkau masyarakat yang sangat luas. Kelebihan ini menimbulkan efisiensi biaya untuk menjangkau setiap orang. Bayak pengiklan memandang televisi sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan pesan-pesan komersialnya.
b. Dampak yang kuat
Iklan di televisi sampai ke pemirsa dalam bentuk audio visual. Kreativitas pengiklan lebih dapat dieksplorasi dan dioptimalkan dengan mengkombinasikan gerak, keindahan, kecantikan, suara, warna, musik, drama, humor, maupun ketegangan.
c. Pengaruh yang kuat
Kebanyakan pemirsa melewatkan waktunya di depan televisi yang merupakan sarana hiburan, sumber berita, sarana pendidikan, dll. Pemirsa televisi umumnya memilih produk yang konsumen kenal.
Kelemahan :
a. Biaya tinggi
Biaya iklan untuk menjangkau setiap orang relatif rendah. Biaya absolut beriklan di televisi adalah tinggi.
b. Masyarakat yang tidak selektif
Pemirsa televisi banyak dan luas. Iklan yang ditampilkan di televisi mungkin menjangkau pasar yang tidak tepat dan tidak selektif.
c. Kesulitan Teknis.
Jadwal tayang iklan di televisi tidak mudah diubah sehingga seringkali tidak fleksibel. Kebutuhan pengiklan yang mendesak dalam menghadapi event-event tertentu, seringkali pihak pengiklan akan menghadapi kesulitan teknis untuk mengubah jadwal maupun jam tayang.