Rabu, 04 Juni 2008

Kebijakan Piutang

Pengertian Piutang

Dalam pengertian luas istilah piutang dapat dipakai bagi semua pihak atas uang, barang dan jasa. Namun demikian untuk tujuan akuntansi istilah ini pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang lebih sempit yaitu untuk menjelaskan hak-hak yang diharapkan dapat dipenuhi dengan pengertian kas. Piutang adalah salah satu aktiva perusahaan yang dikelompokkan dalam aktiva lancar.

Pada umumnya sebuah perusahaan terlibat dalam penjualan barang dan jasa. Cara pembayaran barang dan jasa tersebut yaitu dengan penjualan tunai dan juga sebagian besar secara kredit. Jika penjualan dilakukan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan piutang dagang bagi perusahaan tersebut. Bagaimana cara perusahaan mengelola piutang pada dasarnya bergantung pada tingkat penjualan kredit perusahaan.

Penjualan secara kredit dilakukan untuk mempertahankan pelanggan-pelanggan yang sudah ada dan juga untuk menarik pelanggan baru bagi perusahaan. Persyaratan-persyaratan kredit mungkin berbeda dari satu jenis usaha ke jenis usaha lainnya. Tetapi untuk perusahaan-perusahaan dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan persyaratan yang tidak jauh berbeda. Namun tentu saja dalam hal ini masih terdapat pengecualian karena seringkali supplier memberikan persyaratan yang begitu gampang kepada pelanggan tertentu baik dalam rangka membantu pelanggan tersebut maupun menariknya agar mau menjadi langganan tetap perusahaan.

Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Selain itu pengumpulan piutang juga sering tidak tepat pada waktu. Dengan demikian dibutuhkan kebijaksanaan pengumpulan piutang yang diatur dengan cara seefisien mungkin.

Menurut tujuan akuntansi, istilah piutang pada umumnya diterapkan dalam pengertian yang sempit yaitu berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas. Semua piutang yang diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam jangka waktu yang tidak lebih dalam 1 tahun.

Pengertian piutang menurut Indriyo dan Basri (2002;81) adalah meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi, badan atau debitur lainnya. Piutang juga timbul dari beberapa jenis transaksi, yang paling umum adalah penjualan barang atau jasa yang dilakukan secara kredit.

Piutang merupakan suatu pos yang terdapat dalam kegiatan aktiva lancar yang dapat dengan cepat diuangkan menjadi kas. Dalam hal ini pemberian piutang ini akan banyak hal yang perlu diperhatikan yang sangat mempengaruhi utang dagang.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa piutang merupakan tuntutan yang diharapkan dapat diterima dalam bentuk tunai berupa uang atau dapat disamakan dengan uang.

B.2. Prosedur Penagihan Piutang

Pada tahap berikutnya setelah terjadi piutang maka akan dilakukan penagihan terhadap para debitur.

Penagihan sebaiknya dilakukan oleh petugas yang khusus ditunjuk untuk itu, yang disebut dengan kolektor. Adapun proses penagihan piutang menurut Indriyo dan Basri (2002;83) adalah:

a. Bagian piutang menyusun daftar tagihan piutang yang jatuh tempo. Daftar tersebut akan diserahkan kepada penagih beserta kuitansi penjualan asli.

b. Penagih langsung mendatangi pelanggan ke alamat masing-masing dan menagih piutang yang tercantum pada daftar tagihan. Setiap pelunasan yang dilakukan pelanggan akan diberikan kuitansi penjualan yang asli yang dicap lunas.

c. Uang hasil penagihan yang diperoleh akan diserahkan kepada kasir serta daftar tagihannya.

d. Kasir menghitung uang tagihan dan apabila sudah cocok dengan daftar tagihan maka daftar tagihan tersebut akan diberikan cap dimana tagihan tersebut telah diterima oleh kasir. Setelah dicap daftar tagihan tersebut akan diserahkan kembali kepada penagih atau kolekor.

e. Selanjunya bagian penagihan akan menyerahkan daftar tagihan ke bagian piutang dan akuntansi, penagihan piutang yang diterima pada buku tambahan dan bagian akuntansi mencatat ke buku kasir dan buku besar.

Menurut Kasmir (2003;95) ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan penagihan piutang yaitu:

a. Melalui Surat

Bilamana pembayaran hutang dari pelanggan sudah lewat beberapa hari tetapi belum dilakukan pembayaran maka perusahaan dapat mengirim surat untuk mengingatkan atau menegur pelanggan yang belum membayar hutangnya yang jatuh tempo. Apabila hutang tersebut belum juga dibayar setelah beberapa hari surat dikirimkan maka dapat dikirimkan lagi surat dengan teguran yang lebih keras.

b. Melalui Telepon

Apabila setelah pengiriman surat teguran ternyata tagihan tersebut belum juga dibayar maka bagian kredit dapat menelepon pelanggan dan secara pribadi memintanya untuk segera melakukan pembayaran. Kalau dari hasil pembicaraan tersebut ternyata pelanggan mempunyai alasan yang dapat diterima maka mungkin perusahaan dapat memberikan perpanjangan sampai jangka waktu tertentu.

c. Kunjungan Personal

Melakukan kunjungan secara personal atau pribadi ke tempat pelanggan sering kali digunakan karena dirasakan sangat penting dalam usaha-usaha pengumpulan piutang.

d. Tindakan Yuridis

Bilamana ternyata pelanggan tidak mau membayar kewajibannya maka perusahaan dapat menggunakan tindakan-tindakan hukum dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan.

B.3. Prosedur Penyisihan Piutang

Dalam mengantisipasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih, perusahaan melakukan estimasi atau taksiran piutang yang tidak dapat ditagih setiap akhir periode.

Menurut Kasmir (2003;71) ada beberapa metode penyisihan piutang antara lain:

a. Pendekatan Laporan Laba Rugi

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan cara mengalikan taksiran persentase yang tidak terbayar dengan jumlah penjualan periode tertentu. Dalam menaksir jumlah persentase ini biasanya didasarkan atas pengalaman masa lalu. Dari pengalaman ini dapat diketahui rata-rata persentase yang tidak terbayar dari jumlah penjualan periode tersebut. Hasil dari perkalian ini merupakan beban dari satu perusahaan untuk periode tersebut dan ini dapat dilakukan dengan mendebet perkiraan biaya piutang dan mengkredit penyisihan piutang.

b. Pendekatan Neraca

Menurut metode ini penyisihan piutang ragu-ragu dihitung dengan menggunakan saldo piutang usaha. Dengan metode ini jumlah dari piutang tak tertagih adalah dengan mengalikan saldo piutang usaha dengan persentase piutang tak tertagih.

B.4. Prosedur Penghapusan Piutang

Apabila piutang yang telah dicadangkan sebelumnya benar-benar sudah tidak dapat ditagih dan kemungkinan disebabkan oleh karena debitur melarikan diri atau meninggal dunia dan atau sebab lain maka dilakukan penghapusan piutang.

Penghapusan piutang usaha yang tidak dapat tertagih harus ada persetujuan dari kantor pusat atau Direktur Utama. Setelah adanya persetujuan dari Direktur Utama maka bagian administrasi akan mengirimkan nota penghapusan ke bagian akuntansi untuk penghapusan piutang.


Sistem Pengawasan Intern Piutang

Pengawasan piutang sangat penting dilakukan karena tanpa pengawasan perusahaan akan menanggung resiko-resiko yang mungkin terjadi dalam mengadakan investasi dalam bentuk piutang. Resiko-resiko yang timbul antara lain:

1. Kemungkinan terjadinya kelambatan dalam penerimaan piutang.

2. Kemungkinan piutang tidak dapat dibayar sekaligus.

3. Kemungkinan piutang tidak dapat dibayar seluruhnya.

4. Resiko yang mungkin timbul karena tertanamnya modal dalam piutang dalam jangka waktu lama.

Untuk menghindari atau paling tidak memperkecil resiko yang akan timbul maka diperlukan pengawasan terhadap piutang. Pengawasan piutang dapat dilakukan dengan:

Pengawasan Terhadap Pemberian Kredit

Dalam menilai resiko pemberian kredit dapat dilakukan seperti cara-cara yang umumnya dilakukan oleh bank ataupun perusahaan lain yaitu 5C dari calon pelanggan antara lain:

a. Character

Meneliti dan memperhatikan sifat-sifat pribadi, cara-cara hidup dan status sosial dari pemohon kredit. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemauan para pelanggan untuk membayar.

b. Capacity

Meneliti kemampuan pemohon kredit dalam memperoleh penjualan ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usahanya.

c. Capital

Mengukur posisi keuangan perusahaan secara umum dengan memperhatikan modal yang dimiliki perusahaan, juga perbandingan hutang dan modal.

d. Collateral

Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dijadikan sebagai agunan atau jaminan atas kredit yang diberikan.

e. Condition

Memperhatikan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan terhadap kemampuan untuk memenuhi kewajibannya.

Dengan adanya pengawasan diharapkan resiko yang mungkin timbul karena kesalahan pemberian piutang dapat dicegah.

Pengawasan Penagihan

Pengawasan penagihan dimaksudkan untuk mengetahui apakah penagihan piutang dilakukan dengan semestinya. Selain itu bagian penagihan mempunyai beberapa tujuan penagihan selain pengumpulan piutang, yaitu menjaga nama baik para pelanggan.

Dengan cara-cara penagihan piutang seperti diatas diharapkan agar dapat memperoleh hasil pelunasan piutang. Hasil penagihan ini akan menunjukkan berhasil tidaknya bagian penagihan melaksanakan tugasnya dalam mengelola piutang yang dapat diukur dengan menggunakan analisa rasio.

Tingkat perputaran piutang penting diperhatikan untuk membandingkan hasil kerja pengumpulan piutang dalam jangka waktu kredit yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila hasil kerja pengumpulan piutang selalu lebih besar dari batas kredit yang telah ditetapkan tersebut maka cara pengumpulan piutang dinilai kurang efisien. Ini berarti bahwa banyak pelanggan yang tidak memenuhi batas waktu kredit yang telah ditetapkan.

Penyelenggaraan Pengawasan Intern yang Memadai

Pengawasan intern atas piutang dimulai sejak pemberian kredit. Pengawasan interen piutang mengharuskan adanya persetujuan pembelian, baik mengenai perencanaan, penyiapan dan pemberian faktur verifikasi dan berakhir dengan penagihan piutang.

Pemberian persetujuan pinjaman sebaiknya dilakukan oleh suatu bagian yang berdiri sendiri, bukan bagian pemasaran. Karena dalam upaya untuk menyingkat jumlah aktifitas kerja usaha mungkin akan memberikan pinjaman tanpa memperhatikan kriteria pemberiannya.

Prosedur penerimaan kredit dan penyiapan faktur pelaksanaan akan membantu karyawan mencatat piutang segera. Untuk mengecek keberadaan faktur pelaksanaan sebaiknya ditunjuk orang yang bukan bertugas mengecek keberadaan jumlah, harga dan perhitungan ada tidaknya potongan dan syarat pemberian pinjaman. Copy faktur pelaksanaan dan memo penagihan dikirimkan ke bagian pencatatan piutang, yang akan dicatat dalam buku pembantu untuk kemudian melaksanakan pencatatan jurnal ke dalam buku pembantu.

Aktiva Tetap

Menurut Munawir (2002:139), aktiva tetap adalah : ” aktiva berwujud yang mempunyai umur relatif permanen (memberikan manfaat kepada perusahaan) selama bertahun-tahun yang dimiliki dan digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudakan untuk dijual kembali (bukan barang dagangan) serta nilainya relatif material”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 80), bahwa “ Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu , yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun “.

Menurut Suharli (2006:259), Aktiva tetap adalah : ” harta berwujud (tangible assets) yang memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, bernilai material, dan digunakan untuk kegiatan operasi normal perusahaan”.

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada prinsipnya yang dimaksud dengan aktiva tetap adalah semua kekayaan atau aktiva yang dimiliki perusahaan masa kegunaan lebih dari satu periode akuntansi yang tujuannya bukan untuk dijual dan digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.


Jenis Aktiva Tetap

Berdasarkan klasifikasinya aktiva tetap dapat dibedakan atas (Harahap, 2002: 22):

1) Tinjauan Umur

2) Tinjauan Substansi

3) Tinjauan Jenisnya

4) Tinjauan Disusutkan atau tidak

Ad. 1). Tinjauan Umur

Menurut umurnya aktiva tetap dapat dibedakan atas 2 (dua), yaitu:

a. Limited Life Plant Equipment

Adalah seluruh Plant Equipment yang memiliki umur terbatas misalnya bangunan, mesin, peralatan dan lain-lain. Karena Plant Equipment ini memiliki umur terbatas maka pada tiap akhir periode atau pada penutupan buku haruslah dihitung penyusutannya, sehingga sering disebut Depreciated Plant Equipment.

b. Unlimited Life Plant Equipment

Adalah Plant Equipment yang memiliki umur tidak terbatas, misalnya tanah. Sebagaimana diketahui bahwa tanah dapat dipakai dalam jangka waktu yang tidak terbatas sehingga tidak perlu disusutkan, karena itu sering disebut dengan Non Depreciated Plant assets.


Ad. 2). Tinjauan Substansi

Berdasarkan tinjauan substansi dapat dibedakan antara lain:

a. Tangible Assets atau aktiva berwujud berupa tanah, mesin, gedung dan peralatan.

b. Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud berupa goodwill, hak patent, hak cipta, copyright, hak guna usaha dan lain-lain.

Ad.3). Tinjauan Jenis

Aktiva tetap berdasarkan jenisnya dapat dibagi sebagai berikut :

a. Tanah

Merupakan harta yang dimiliki dan dipergunakan selama kegiatan masih berlangsung, dapat dikatakan masa pemakaian tidak terbatas dan biasanya dijadikan sebagai tempat pendirian bangunan, mempunyai nilai harga pokok yang dibayarkan kepada sipenjual ditambah dengan biaya-biaya yang bersangkutan terhadap jual beli tanah.

b. Gedung

Merupakan bangunan yang dipakai untuk kegiatan usaha perusahaan. Adapun beban biaya yang ditanggung perusahaan dalam rangka memperoleh gedung dan dipakai dalam operasi perusahaan adalah total nilai beli ditambah biaya-biaya lain yang timbul dalam perolehan.

c. Mesin

Adalah semua peralatan yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan, termasuk didalamnya bagian-bagian ataupun peralatan yang menjadi bagian dari mesin yang bersangkutan.

d. Kendaraan

Merupakan semua jenis kendaraan yang dimiliki perusahaan sebagai alat angkutan yang dapat menunjang operasional dari kegiatan perusahaan.

e. Perlengkapan Kantor

Merupakan perlengkapan kantor yang dipergunakan untuk mempercepat dan mempermudah semua kegiatan pencatatan ataupun mempermudah komunikasi antara satu kegiatan dengan bagian laiannya, maupun antara perusahaan dengan pihak lain, contohnya komputer, telepon.

f. Peralatan Kantor

Yaitu semua peralatan yang ada dikantor dan digunakan untuk melaksanakan semua kegiatan yang dilaksanakan di kantor.

Ad.4). Tinjauan Disusutkan atau tidak

Dapat dibedakan atas 2 (dua) kelompok, yaitu:

a. Depreciated Plant Assets, seperti gedung, peralatan, mesin, dan sebagainya.

b. Undepreciated Plant Assets, seperti tanah.

Metode Perolehan dan Penyusutan Aktiva Tetap

1. Metode Perolehan Aktiva Tetap

Pada umumnya setiap perusahaan memiliki aktiva tetap yang nilainya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan aktiva lainnya yang dimiliki perusahaan, karena dalam perolehannya dibutuhkan dana yang besar. Proses perolehan disisi dimaksudkan mulai sejak pembelian, pengangkutan aktiva itu, pemasangan sampai aktiva itu siap untuk dipakai dalam proses produksi atau kegiatan perusahaan.

Dalam praktek bisnis, ada beberapa cara perolehan aktiva tetap, yaitu:

1. Pembelian Tunai

a. Aktiva yang dibeli dengan kontan dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang diberikan, baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayarannya yang dipercepat.

b. Jika potongan harga tidak dimanfaatkan perusahaan maka harus dilaporkan

sebagai Discount Lost atau Interest Expense.

c. Jika beberapa aktiva sekaligus dengan harga borongan (lump sum) maka harus dipisahkan nilai masing-masing aktiva.

2. Pembelian Kredit

Pembelian aktiva tetap secara kredit sudah tentu harganya lebih tinggi bila dibandingkan membeli secara tunai. Harga perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian kredit diukur dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara tunai (cash equivalent price).

Jika di dalam harga kontrak pembelian tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang dibebankan, maka pada dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari harga kontrak di dalam menentukan harga perolehan aktiva yang bersangkutan.

Ada 2 (dua) kemungkinan pembelian bunga atas kredit, yaitu :

a. Secara flat

b. Berdasarkan sisa hutang

3. Aktiva yang Diperoleh dari Sumbangan atau Donasi

Adakalanya aktiva tetap suatu perusahaan diperoleh dari donasi atau hadiah maupun sumbangan pihak lain. Transaksi ini merupakan transaksi yang tidak memerlukan umpan balik yang disebut Non Recipcoral Transfer.

“ Aktiva ini harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau sebesar penilaian yang dilakukan oleh pihak perusahaan penilai yang independent (appraisal company). Dan di kredit modal donasi (donated capital)”.

Aktiva tetap yang berasal dari sumbangan, baik itu sumbangan pemerintah maupun pihak lain, dinyatakan sebesar nilai bantuan ditambah semua pengeluaran yang dapat diidentifikasikan langsung dengan aktiva tetap tersebut.

4. Aktiva yang dibangun sendiri

Perusahaan sering membangun sendiri aktiva yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh 3 (tiga) hal yaitu :

a. Menekan biaya

b. Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai (idle capacity)

c. Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik.

5. Diperoleh secara pertukaran

Aktiva tetap menurut cara ini diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain. Transaksi pertukaran bias bersih tanpa tambahan-tambahan lain atau dapat juga ditambah dengan transaksi tambahan lainnya seperti kas.

6. Dibeli dengan kontrak jangka panjang

Kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan jangka panjang. Pembelian ini dilakukan dengan berdasarkan suatu kontrak perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau cicilan.

Pada umumnya, aktiva tetap yang dibeli secara angsuran harganya lebih tinggi dibandingkan dengan pembelian tunai. Dalam sistem ini, bunga yang dibayarkan hutang yang belum dibayar dicatat sebagai biaya bunga. Mengingat bahwa dari pembayaran cicilan sudah termasuk bunga maka pembayaran dilakukan dengan berapa kali angsuran ditambah bunga. Sisa hutang dibuktikan melalui wesel bayar atau hutang hipotek.

Adakalanya aktiva tetap perusahaan dibangun oleh pihak ketiga dengan syarat pembayaran secara bertahap, maka hal tersebut dimulai berdasarkan presentasi fisik pekerjaan yang telah diselesaikan sesuai dengan berita acara, kemajuan fisik pekerjaan dan pencatatan sebagai aktiva tetap dalam konstruksi.

2. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 80) penyusutan adalah :

“Alokasi sisitematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaat”. enurut Munawir (2002 : 141) Penyusutan adalah :

”Proses pengalokasian cost atau harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematik”. Menurut Suharli (2006 : 264) Penyusutan adalah : “alokasi sistematik dan rasional jumlah yang dapat disusutkan sebagai beban dari suatu aktiva selama masa manfaat”.

Dari ketiga definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengalokasian dan penyusutan dapat dilakukan secara sisitematik sepanjang penggunaannya. Penyusutan aktiva tetap dilihat dari aspek akuntansinya merupakan alokasi biaya harga perolehan aktiva tetap kepada periode-periode yan bersangkutan, namun bila ditinjau dari segi perbendaharaan, maka akumulasi penyusutan aktiva tetap merupakan pengumpulan dana untuk penggantian aktiva tetap setelah habis masa umur ekonomisnya, disamping juga merupakan penilaian atas nilai buku aktiva tetap yang bersangkutan.

Beberapa faktor yang menentukan beban penyusutan adalah :

1. Harga Perolehan

Yaitu jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imalan lain yang diberikan untuk mendapatkan suatu aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat siap untuk digunakan.

2. Masa manfaat

Periode waktu dimana aktiva tersebut diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.


3. Nilai Sisa

Nilai sisa adalah harga pasar taksiran dari aktiva tetap pada akhira masa manfaatnya. Manfaat taksiran menggambarkan kapasitas atau manfaat yang dapat diberikan oleh aktiva tetap selama dapat dipakai. Manfaat taksiran dapat dinyatakan dalam (1) lamanya jangka waktu penafsiran (usefulilife) dan (2) kapasitas produksi.

Beberapa Metode Penyusutan

1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus adalah metode yang paling sering digunakan dan paling sederhana. Dengan metode ini beban penyusutan tiap periode jumlahnya sama. Metode ini menciptakan transfer biaya yang layak kebeban periodik jika pemanfaatan biaya dan pendapatan yang terkait dari pemakaian itu sama dari periode ke periode.

Perhitungan penyusutan dengan cara garis lurus didasarkan pada anggapan-anggapan berikut :

  1. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva tetap akan menurun secara proporsional setiap periode.
  2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif sama.
  3. Kegunaan ekonomis berkurang karena lewat waktu.
  4. Penggunaan aktiva tiap-tiap tahun periode relatif sama.

2. Metode Jumlah Bilangan Tahun

Metode jumlah bilangan tahun adalah suatu penyusutan dimana besarnya penyusutan setiap tahun semakin menurun secara tetap daripada besarnya penyusutan di tahun sebelumnya. Beban penyusutan ini dihitung dengan cara menjumlahkan semua angka (digit) umur aktiva tersebut.

3. Metode Saldo Menurun

Dalam metode ini beban penyusutan dihitung dengan presentase tertentu yang dihitung melalui rumus tertentu dan kemudian dikalikan terhadap nilai. Oleh karena itu beban penyusutan semakin lama semakin mengecil.

4. Metode Jam Kerja Mesin (Service Hours Method)

Besarnya beban penyusutan setiap periode tergantung pada jumlah jam kerja aktiva tetap tersebut digunakan dalam operasi perusahaan, sehingga beban penyusutan setiap periode akan berbeda karena didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan dari aktiva tersebut.

Untuk menghitung besarnya tarif penyusutan per jam jasa adalah :

r ( per jam ) =

Dimana : r = Tarif Penyusutan perjam jasa

HP = Harga Perolehan

NS = Nilai Sisa

n = Taksiran Jam Jasa

Dari hasil tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah jam jasa yang digunakan dalam satu periode sehingga dapat diketahui jumlah penyusutan pada periode tersebut, demikian untuk seterusnya hingga mesin-mesin tersebut tidak dapat digunakan lagi.

5. Metode Hasil Produksi (Productive output Method)

Pada metode hasil produksi, umur aktiva tetap ditaksir dalam satuan unit jumlah produksi. Beban penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi sehingga penyusutan setiap tahun akan berfluktuasi sesuai dengan fluktuasi hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva tetap dimiliki untuk menghasilkan produk.

Untuk menghitung beban depresiasi produk, pertama kali dihitung tarif depresiasi untuk tiap unit sebagai berikut :

Depresiasi/unit =

Dimana : HP = Harga Perolehan

NS = Nilai Sisa

n = Taksiran unit Produksi selama penggunaan aktiva.

Dalam hasil tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah yang diproduksi untuk suatu jumlah produksi tertentu sehingga dapat diketahui jumlah penyusutan pada periode tersebut. Jumlah depresiasi yang dihitung dengan metode ini sifatnya variabel karena jumlah yang diperoleh selalu berbeda untuk setiap produksi.

E. Metode Penilaian Investasi Aktiva Tetap

Ada beberapa metode penilaian proyek investasi atau metode-metode menyusun ranking usul-usul investasi diantaranya :

1. Payback Period

Menurut Munawir (2002 : 527) : ”payback period adalah waktu yang diperlukan suatu perusahaan untuk investasi mula-mula”. Payback period suatu investasi menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya.

Arus kas bersih adalah selisih antara arus kas masuk dengan arus kas keluar atau dapat juga dihitung dari net operating income setelah pajak ditambah penyusutan. Dengan metode ini kita melihat kelayakan suatu peroyek diukur dari berapa lama proyek itu dapat mengembalikan investasi semula. Proyek yang dipilih adalah proyek yang dapat melunasi investasi mula-mula.

Metode ini sifatnya sangat sederhana dan ringkas sehingga banyak dipilih dalam perusahaan. Namun demikian memiliki banyak kelemahan diantaranya :

a) Tidak memperhatikan konsep nilai waktu uang.

b) Tidak memperhatikan aliran kas bersih setelah payback.

Selanjutnya apabila perusahaan harus memilih salah satu dari beberapa usulan investasi atas dasar metode ini, maka perusahaan akan memilih usulan investasi yang memiliki payback period yang lebih pendek. Apabila proceeds suatu investasi tidak sama besarnya dari tahun ke tahun, dengan sendirinya cara perhitungannya adalah harus terlebih dahulu menghitung proceeds dari tahun ke tahun, sehingga usulan investasi dapat diperoleh kembali.

2. Net Present Value

Kelemahan yang ada pada Payback Period akan ditutupi oleh metode ini. Oleh karena itu metode ini memperhatikan ” Time Value of Money ” maka proceeds yang digunakan dalam menghitung NPV adalah proceeds yang didiskontokan atas dasar biaya modal (rate of return) yang digunakan. Pertama-tama yang dihitung adalah nilai sekarang (present value) dari proceeds yang diharapkan atas dasar discount rate tertentu. Kemudian jumlah present value dari keseluruhan proceeds dengan Present Value dari pengeluaran modal dinamakan Net Present Value (NPV).

Apabila jumlah present value dari keseluruhannya proceeds yang diharapkan lebih besar daripada present value dari investasinya yang ini berarti bahwa NPV nya negatif maka usul investasi tersebut seharusnya ditolak. Apabila proceeds setiap tahunnya sama besarnya maka NPV dapat dihitung dengan mudah.

Apabila proceeds suatu investasi tidak sama basarnya dari tahun ke tahun, maka perusahaan harus menghitung nilai sekarang dari proceeds setiap tahunnya untuk kemudian dijumlahkan sehingga diperoleh jumlah nilai sekarang dari keseluruhan proceeds yang diperoleh dari investasi tersebut.

3. Accounting Rate of Return ( ARR )

Accounting Rate of Return sering juga disebut dengan Average of Return yang menunjukkan presentase keuntungan netto sesudah pajak yang dihitung dari Average Investment atau Initial Investment. Metode ini pada dasarnya menghitung keuntungan yang dilaporkan dalam buku (reported accounting income).

Kebaikan dari metode ini adalah kesederhanaannya dan mudah dimengerti. Metode inidalam perhitungannya menggunakan data Accounting yang sudah tersedia sehingga tidak memerlukan perhitungan tambahan.

Klasifikasi Biaya

Kebutuhan akan biaya berbeda-beda dan biaya-biaya mungkin dihitung berdasarkan kondisi, dan tujuan yang berbeda-beda serta untuk keperluan pihak-pihak yang berbeda pula. Yang jelas biaya haruslah didasarkan pada fakta yang bersangkutan, dan cukup terukur sehingga memungkinkan perusahaan mengambil keputusan yang tepat.

Committee on Cost Concepts and Standards of the American Accounting Association menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan, yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan atau harus dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. American Institute of Certified Accounting menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat sekarang atau dimasa yang akan datang bagi perusahaan.

Bilamana istilah biaya kita gunakan secara spesifik, haruslah istilah tersebut kita lengkapi dengan menunjuk objek yang bersangkutan, misalnya : biaya langsung, biaya konversi, biaya tetap, biaya variabel, biaya bersama, biaya standar, biaya diffrensial, biaya kesempatan dan sebagainya. Setiap pelengkap mempunyai arti yang penting dalam menghitung dan mengukur biaya, yang akan berguna bagi pimpinan dalam usahanya mencapai sasaran dasar perencanaan dan pengawasan. Pengumpulan, penyajian dan analisis data biaya harus dapat memenuhi tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan dasar sebagai berikut :

a. Perencanaan rugi-laba dengan perantaraan budget.

b. Pengawasan biaya melalui responbility accounting.

c. Mengukur laba tahunan atau laba periodik, termasuk hitung pokok persediaan.

d. Membantu penentuan harga jual dan kebijaksanaan harga.

e. Menyediakan data yang diperlukan untuk keperluan analisis dan pengambilan keputusan.

Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya merupakan proses pengelompokan biaya secara sistematis, atau keseluruhan elemen yang ada di dalam golongan. Yang lebih jelas dan ringkas yaitu untuk dapat memenuhi berbagai macam tujuan, oleh karena itu terdapat bermacam-macam penggolongan biaya.

Dalam hal ini penulis mengambil pengklasifikasian biaya menurut R.A. Supriono (2000:35) sebagai berikut:

  1. Menurut fungsi pokok kegiatan perusahaan, biaya diklasifikasikan menjadi

- Biaya produksi, yang termasuk biaya produksi di dalamnya adalah biaya material, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead.

- Biaya administrasi umum, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi umum.

- Biaya pemasaran, yaitu biaya yang diperlukan dalam rangka penjualan produksi, yang sudah selesai sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas.

- Biaya keuangan, yaitu semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keuangan.

b. Menurut periode akutansi, biaya diklasifikasikan menjadi:

- Capital expenditure, yaitu apabila ada manfaat dari pengeluaran biaya, baru bisa dinikmati pada periode akutansi berikutnya dan pengeluarannya akan dibebankan pada semua periode akutansi yang bisa menikmati manfaat pengeluaran tersebut.

- Revenue expenditure, yaitu pengeluaran dimana manfaat dari adanya pengeluaran biaya, bisa dinikmati oleh periode akutansi yang bersangkutan.

c. Menurut tendensi perubahan terhadap aktivitas atau volume produksi, biaya diklasifikasikan:

- Biaya variabel, yaitu biaya-biaya yang mempunyai hubungan langsung dengan produksi atau proporsional.

- Biaya semi variabel, yaitu biaya yang mempunyai hubungan dengan volume produksi, akan tetapi hubungan tersebut tidak proporsional.

- Biaya tetap, yaitu biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh besarnya volume produksi.

d. Menurut objek atau pusat biaya yang dibiayai, diklasifikasikan menjadi:

- Biaya langsung, yaitu biaya yang terjadi dan manfaatnya diidentifikasikan kepada objek atau pusat tertentu.

- Biaya tak langsung, yaitu biaya yang terjadi dan manfaatnya tidak diidentifikasikan pada objek atau biaya tertentu.

e. Menurut tujuan pengendalian biaya , biaya diklasifikasikan menjadi:

- Biaya terkendali, yaitu biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seseorang pimpinan berdasarkan wewenang yang ia miliki dalam jangka waktu tertentu.

f. Menurut tujuan pengambilan keputusannya biaya diklasifikasikan menjadi:

- Biaya relevan, yaitu biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Oleh karena itu biaya tersebut harus diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

- Biaya tidak relevan, yaitu biaya yang tidak mempengaruhi pengambilan keputusan, oleh karena itu biaya ini tidak diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

Pengklasifikasian biaya yang terdapat pada CV. Buana Pilar Mandiri Medan sebagai berikut:

a. Biaya promosi penjualan

b. Biaya komisi

c. Biaya legalisasi

d. Biaya perjalanan dinas

f. Biaya gaji dan tunjangan

g. Biaya penyusutan

h. Biaya lain-lain

Biaya Operasional

a. Defenisi Biaya Operasional

Secara umum dalam menjalankan kegitn perusahaan Sangay dibutuhkan biaya yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan operasi sehari-hari. Istilah biaya atau cost sering digunakan dengan arti yang berbeda-beda. Sehubungan dengan pengertian biaya (cost) maka terlebih dahulu perlu diketahui bahwa sangat sulit bagi kita untuk memberikan pengertian yang tepat atas biaya yang dimaksud, sehingga biaya dapat digolongkan kedalam beberapa pengertian sesuai dengan tujuan penggunaan biaya tersebut.

Menurut Carter dan Usry (2004:29) mendefenisikan “Biaya (Cost) sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat, sehingga dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau dimasa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain”.

Menurut Machfoedz (2000:36) mendefenisikan “Biaya adalah jumlah yang diukur dalam bentuk keuangan dari kas yang dikeluarkan atau kekayaan yang dipindahkan, saham yang dikeluarkan atau hutang yang dibentuk dalam hubungannya dengan barang atau jasa yang diperoleh ”.

Menurut Mowen dan Handsen (2000:36) mendefenisikan “Biaya adalah nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan “.

Selain itu, pengertian biaya secara luas mengandung lima unsur antara lain:

1. Merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dengan satuan uang

3. Yang telah terjadi dan yang akan terjadi

4. Untuk tujuan tertentu

5. Biaya dapat diartikan juga seperti beban, harga perolehan, harga pokok, nilai tukar dan pengorbanan

Dari pengertian biaya yang diberikan oleh para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya biaya yang dikeluarkan agar operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik. Begitu juga dengan PT. Pelayaran Bahtera Adhiguna dapat menjalankan operasi perusahaan harus mengeluarkan biaya terlebih dahulu, dimana pengorbanan ekonomis untuk mencapai tujuan tertentu yaitu jasa pengorbanan atau secara langsung untuk mendapatkan hasil tau laba.

b. Klasifikasi Biaya Operasional

Klasifikasi biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya yang sistematis atas keseluruhan dari elemen-elemen yang ada dalam golongan. Untuk itu, penulis mengambil pengklasifikasian biaya menurut Supryono dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2001:250) sebagai berikut :

a. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi pokok kegiatan perusahaan.

1. Biaya Produksi

Yang termasuk biaya produksi adalah biaya materil, biaya langsung dan biaya overhead.

2. Biaya Administrasi Umum

Yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi administrasi umum.

b. Klasifikasi biaya berdasarkan objek atau pusat biaya yang dibiayai

1. Biaya Langsung

Adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak didefeniskan kepada objek atau pusat atau pusat biaya tertentu.

2. Biaya Tidak Langsung

Adalah biaya yang terjadi atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan kepada objek atau pusat biaya tertentu dan manfaatnya dinikmati beberapa objek atau pusat biaya.

C. Anggaran Biaya Operasional

Di dalam melaksanakan kegiatan usahanya, setiap perusahaan selalu dihadapkan pada masa yang penuh dengan ketidapastian, sehingga akan menimbulkan masalah pemilihan dari berbagai alternatif kebijakan yang akan ditempuhnya dalam melaksanakan kegiatan usahanya tersebut. Di samping itu, dalam pelaksanaan kebijakan yang telah diputuskan tersebut, perlu adanya suatu alat untuk mengkordinasikan semua kegiatan agar dapat berjalan secara resmi dan terkendali. Untuk keperluan tersebut banyak sarana manajemen yang dapat dipergunakan dan salah satunya dalam bentuk anggaran. Dengan kata lain, anggaran akan sangat bermanfaat untuk mensinergikan seluruh sumber dana dan daya pada suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. Secara umum anggaran dapat didefinisikan :

Menurut Carter dan Usri (2004:13) mendefenisikan “Anggaran (Budget) adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen”. Menurut Sukarno (2004:144) mendefenisikan “Anggaran adalah rencana yang terorganisasi dan menyeluruh dinyatakan dalam unit moneter untuk operasi dan sumber daya suatu perusahaan selam periode tertentu dimasa yang akan datang ”.

Anggaran biaya operasional adalah anggaran atau taksiran semua biaya yang dikeluarkan dan pada hakekatnya dianggap habis dalam masa tahun buku. Menurut Adisaputro (2003:289), yang termasuk di dalam biaya anggaran operasional yaitu :

a. Anggaran Biaya Tetap

Anggaran biaya tetap adalah anggaran biaya yang jumlahnya tetap, tidak berubah meslipun volume produk berubah sampai dengan menganalisis biaya tetap.

b. Anggaran Biaya Variabel

Anggaran biaya variabel adalah anggaran biaya yang jumlahnya berubah-ubah secara proporsional sesuai dengan perubahan volume produksi. Ini berarti jika terjadi peningkatan aktivitas perusahaan maka jumlah biaya variabel meningkat pula dan juga sebaliknya.

c. Anggaran Biaya Semi Variabel

Anggaran biaya semi variabel adalah anggaran biaya-biaya yang sebagian tetap dan sebagian lagi bersifat variabel. Contohnya seperti: biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan mesin/alat-alat kantor, upah dan gaji karyawan.