Senin, 06 Juli 2009

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN

Definisi Tentang Kepemimpinan
Seorang pemimpin, baik formal maupun informal menjalankan atau melaksanakan “kepemimpinan” yang dengan sendirinya berbeda:
 Derajatnya
 Bobotnya
 Daerah jangkauannya
 Sasaran-sasarannya
Kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri seorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam factor, baik factor-faktor intern maupun factor ekstern.
Adakalanya kepemimpinan seorang pemimpin sangat menonjol/ berkembang pada periode tertentu, sedangkan pada periode lain hal tersebut mulai memudar.
Ungkapan “the right man in the right place” menunjukkan kepada kita bahwa apabila hal tersebut dipenuhi, besar kemungkinan pemimpin tersebut akan berhasil menjalankan tugas kepemimpinannya.

Determinan-Determinan Kepemimpinan
1. meliputi orang-orang
2. bekerja dari sebuah posisi organisatoris
3. timbul dalam sebuah situasi yang spesifik
Kepemimpinan timbul, apabila ketiga factor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa apabila bahaya mengancam suatu kelompok dan kelompok tersebut berubah menjadi massa yang mulai bertindak sendiri (mob) maka kelakuannya sulit diramalkan karena ia bersifat berpencar.
Studi riset yang dilaksanakan orang tetang pemimpin-pemimpin dan non pemimpin memberikan petunjuk bahwa para pemimpin :
 cenderung mencapai kesesuaian secara psikologis
 cenderung memperlihatkan penilaian lebih baik
 cenderung menunjukkan interaksi lebih banyak dengan para non pemimpin
 cenderung memberikan lebih banyak keterangan-keterangan
 cenderung memimpin dalam hal menafsirkan sesuatu sifat

Arti Kepemimpinan
G.R.Terry mendefinisikan kepemimpinan
“leadership is the relastionship in which one person, or the leader, influence other to work together willingly on related task to attain that which the leade desires”
Dari definisi tersebut dapat kita menyimpulkan bahwa:
 aktivitas memimpin pada hakikatnya meliputi suatu hubungan
 adanya satu orang yang mempengaruhi orang-orang lain agar mereka mau bekerja kearah pencapaian sasaran tertentu
hubungan antara pemimpin dan mereka yang dipimpin dan mereka yang dipimpin bukanlah hubungan satu arah tetapi senantiasa harus terdapat adanya antar hubungan (interaction). Bahwa seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi kelompoknya, jelas karena apabila ia tidak mampu melakukannya maka berarti ia tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik.
Ada dua macam pengaruh, seorang pemimpin. Pertama-tama dapat disebut hasil kerjanya sendiri yang langsung mempengaruhi stabilitas kelompok dan kepuasan para anggota.
Disamping itu terdapat pula kelakuan dan tindakan-tindakan yang dilakukannya untuk mempengaruhi stabilitas kelompok dan kepuasan para anggota.
Disamping itu dapat pula dikatakan bahwa terdapat dua jenis “interaksi” yaitu:
- interaksi antara pemimpin dan kelompok yang bersangkutan
- interaksi antara para anggota individual kelompok yang bersangkutan.
Seorang pemimpin memimpin dan bukanlah “memaksa”. Ia menarik pengikutnya hingga mencapai puncak prestasi yang menurut anggapan mereka semula tidak mungkin dicapai.
Seorang pemimpin mengenal sifat-sifat individual pengikut-pengikutnya dan ia mengetahui kualitas-kualitas pa akan merangsang mereka untuk bekerja sebaik mungkin.
Seorang pemimpin pada saat yang bersangkutan mengabdi dan memimpin. Ia memiliki kekmampuan untuk membangkitkan kekuatan-kekuatan emosional maupun rasional para pengikutnya.
Kepemimpinan kiranya lebih bersifat emosional daripada intelektual ataupun rasional.

Sejumlah Kekuatan yang Berhubungan Dengan Kepemimpinan
John French dan Bertram Raven mengemukakan suatu kerangka kekuatan.
1. Kekuatan Koersif (Coercive Power)
Disini “pemimpin” yang bersangkutan mengandalkan diri pada persaan takut dan yang diusahakan bahwa pihak bawahan menganggap bahwa hukuman diberikan karena mereka tidak menyetujui tindakan-tindakan dan keyakinan-keyakinan pihak atasan.
2. Kekuatan Karena Diberikannya “Penghargaan” (Reward Power)
Disini diusahakan agar diberikan penghargaan kepada pekerja yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tindakan-tindakan dan keinginan pihak atasan
3. Kekuatan Karena Adanaya “Pengesahaan” (Legitimate Power)
Kekuatan ini diperoleh dari posisi supervisor didalam organisasi yang bersangkutan
4. Kekuatan Karena Memiliki Suatu Keahlian (Expert Power)
Kekuatan ini timbul karena seorang individu memiliki skill khusus tertentu, pengetahuan atau keahlian tertentu.
5. Kekuatan Karena Memiliki Referensi (Referent Power)
Kekuatan ini didasarakan atas identifikasi seorang pengikut dengan seorang pemimpin yang dikagumi dan yang sangat dihargainya.
Katiga macam kekuatan pertama yang dikemukakan (Coercive Power, Reward Power, Legitimate Power) primer merupakan factor-faktor organisatoris, sedangkan dua factor yang disebut terakhir (Expert Power dan Referent Power) merupakan factor-faktor individual.








Sejumlah Teori Tentang Kepemimpinan
Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan anatara pemimpin dengan pihak bawahan. Pemimpin disini cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada pekerjaan; ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah-perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi-sanksi, dimana disiplin adalah factor terpenting.

Teori Psikologis
Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah mengambangkan system motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja kearah pencapaian sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuab pribadi mereka.
Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti misalnya pengakuan (recognizing), kepastian emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhannya.

Teori Sosiologis
Pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha iuntuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antar para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan-tuuan dengan mengikut sertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Identifikasi tujuan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil-hasil apa, keperayaan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka
Tepai, perlu diingat bahwa usaha-usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi-interaksi antar pengikut, kadang-kadang higga tingkat timbulnya konflik yang merusak didalam atau diantara kelompok-kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapakan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengemalikan harmoni dan usaha-usaha kooperatif antara pengikutnya.

Teori Supportif
Disini, pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengkutnya ingin berusaha sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha-usaha mereka. Untuk maksud itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, bekerja sama dengan pihak lain, serta mengembangkan skill dan keinginannya sendiri.
Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan lebih baik, perbaikan-perbaikan apa yang dapat dicapai pada kondiso-kondisi kerja dan ide-ide baru apa yang harus dicoba dan perlu dikembangkan. Adakalanya teori suportif dinyatakan orang sebagai teori Partisipatif. Dan ada juga yang menamakannya Democratic Theory of Leadership”.




Teori “laissez Faire”
Berdasarkan teori ini, seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktivitas mereka. Ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal iitu dilakukannya, maka partisipasi tersebut hamper tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis. Kita dapat berbicara tentang non-partisipasi sama sekali dari pihak pimpinan. Kelompok-kelompok “Laissez Faire” cenderung membentuk pimpinan-pimpinan informal.

Teori Perilaku Pribadi
Kepemimpinan dapat pula dipelajari berdasarkan kualitas-kualitas pribadi ataupun pola-pola kelakuan para pemimpin. Pendekatan ini melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal memimpin. Salah satu sumbangsih penting teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapinya.
Hingga tingkat tertentu ia bersifat fleksibel, karena ia beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk menghadapai sesuatu problem tertentu. Hal ini memberikan gambaran tentang sebuah “kontinuum” dimana tindakan-tindakan pihak pemimpin dan jumlah otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan keputusan atau partisipasi yang terbuka bagi pihak bawahan.
Gambar berikut menunjukkan konsepsi “kontinuum” kepemimpinan





Teori Sifat
Sifat-sifat yang dianggap harus dimiliki oleh seorang pemimpin:
1. Intelegensi
2. Inisiatif
Hal ini terdiri atas dua bagian:
a. Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan
b. Kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat oleh pihak lain. Sifat ini sangat diinginkan pada setiap calon manajer
3. Energi atau Rangsangan
Banyak orang berpendapat bahwa salah satu diantara ciri pemimpin yang menonjol adalah bahwa ia lebih energik dalam usaha mencapaui tujuan dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin. Energi mental dan fisik diperlukan.
4. Kedewasaan Emosional
Mencakup Dependability (dapat diandalkan), persistensi dan objektivitas. Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang akn dilaksanakannya. Ia bersedia bekerja lama dan menyebarluaskan sikap enthusiasme diantara para pengikutnya. Ia mengetahui apa yang ingin dicapainya hari ini, tahun depan atau 5 tahun yang akan datang.
5. Persuasif
6. Skill komunikatif
7. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
8. Perseptif
Sikap ini berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan kelakuan orang lain.
9. Kreativitas
10. Partisipasi Sosial
Seorang pemimpin mengerti manusia dan ia mengetahui pula kekuatan serta kelemahan mereka. Ia menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan manapun juga dan berkemampuan untuk melakukan konversasi tentang macam-macam subjek.

Teori Situasi
Pendekatan ini menyatakan bahwa harus terdapat cukup banyak flesibilitas dalam kepemimpinan unutk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi. Kepemimpinan bersifat “MULTIDIMENSI”. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni : PEMIMPIN – PENGIKUT – SITUASI. Situasi dianggap sebagai elemen yang terpenting karena ia memiliki paling banyak variabel.
FIELDER berpendapat bahwa kita dapat menggunakan tiga dimensi untuk mengukur efektifitas pemimpin. Yaitu:
1. Tingkat kepercayaan para pengikut terhadap pemimpin
2. Tingkat hingga dimana pekerjaan para pengikut hanya bersifat rutin atau terstrukturisasi kurang baik.
3. Tingkat kekuasaan yang inheren dengan posisi kepemimpinan.




Gaya Kepemimpinan
Ada macam-macam istilah yang digunakan orang untuk menerangkan pendekatan umum yang dipergunakan oleh pemimpin dalam situasi-situasi kemanusiaan misalnya:

Otokratis, demokratis, birokratis, neurokratis, dan laissez-faire

Dalam rangka mempersoalkan gaya-gaya kepemimpinan, kita hendaknya jangan beranggapan bahwa seorang individu dapat atau harus mempertahankan gaya konsisten dalam semua aktivitas nya. Justru sebaliknya, ia harus bersifat sefleksibel mungkin, dan menyesuaikan gaya nya dengan situasi spesifik dan individu-individu yang bersangkutan



Hubungan “Manajemen” dengan Kepemimpinan
Kita perlu mengingat bahwa istilah-istilah “MANAJER” dan “LEADER” walaupun sering dicampur baurkan, bukanlah merupakan istilah-istilah sinonim.
Seorang manajer mongkoordinasi aktivitas kooperatif dengan jalan melaksanakan fungsi-fungsinya berupa:
Perencanaan - pengawasan – pengorganisasian – penempatan dan memberikan arah.
Disebabkan oleh karena fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan dengan bantuan manusia, maka adalah penting sekali bahwa pihak bawahannya dirangsang untuk melaksanakan tugas mereka secara efektif.
Untuk mencapai tujuan, pihak manajer menggunakan kepemimpinan yakni proses untuk mempengaruhi pihak bawahannya agar mereka terangsang untuk memberikan sumbangsih efektif bagi aktivitas kooperatif tersebut.
Melalui kerjasama, baik manajer maupun bawahannya dapat mengharapkan untuk mencapai berbagai kepuasan pribadi mereka sampai sesuatu tingkat yang tidak dapat dicapai oleh usaha-usaha individual.
Maka seorang manajer memerlukan kemampuan kepemimpinan. Hal tersebut merupakan sebuah faktor yang vital untuk kesuksesan.
Tetapi, disamping itu diperlukan pula olehnya kualitas-kualitas lain, seperti misalnya kemampuan untuk mengerti dan melaksanakan aneka macam fungsinya, penilaian sehat, inisiatif dan integrasi.

Ciri-ciri Pemimpin
Riset yang dilaksanakan dalam bidang psikologi kepemimpinan menghasilkan suatu kelompok ciri-ciri “NEOTRAITIST” yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pemimpin-pemimpin.
Diantara para psikolog terdapat adanya pendapat sama bahwa para pemimpin umumnya memiliki intelegensi yang agak lebih tinggi dibandingkan dengan intelegensi rata-rata pengikut mereka. Kesulitan pokok yang dihadapai oleh orang yang sangat intelegen kiranya adalah persoalan komunikasi.
Seorang pemimpin tidak dapat memotivasi pengikutnya, pabila mereka tidak mengerti apa yang diinginkan pemimpin tersebut. Para pemimpin yang berhasil cenderung memiliki perhatian dalam berbagai bidang, hal mana kiranya merupakan suatu refleksi tentang sikap ingin tahu yang ekstensif dan pendidikan yang baik.
Disebabkan oleh karena bahasa perlu sekali untuk melakukan komunikasi, maka tidaklah mengherankan bahwa pemimpin biasanya memiliki kemampuan verbal yang luar biasa.
Para pemimpin biasanya bersifat dewasa secara mental dan emosional. Kedewasaan mental mencakup kebiasaan metodologi ilmiah dan pengertian. Dimilikinya keseimbangan emosional bahkan lebih penting, bagi pemimpin.
Para pemimpin mempunyai rangsangan kuat yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Mereka merasakan adanya dorongan luar biasa untuk memenuhi keinginan-keinginan pribadi mereka. Dalam bidang kepemimpinan, mereka melihat cara terbaik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dan konsekuensinya adalah bahwa merekaingin memimpin dan secara aktif mencari peluang untuk menjadi pemimpin.
Seorang pemimpin mengerti pentingnya kerjasama. Mereka yang mencapai sukses dalam peranan kepemimpinan perdefinisi adalah mereka yang telah berhasil menggerakkan para pengikut mereka untuk bekerjasama.

sbr : Dr. Winardi, kepemimpinan dalam manajemen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar