Selasa, 26 Mei 2009

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

1. Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin meskipn secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Jika defenisi itu disimak secara cermat akan terlihat paling sedikt 3 hal, yaitu :
a) Dari seorang yang menduduki jabatan pemimpin dituntut kemampuan tertentu yang tidak dimilki sumber daya lainnya dalam organisasi
b) Kepengikutan sebagai elemen peting dalam menjalankan kepemimpinan
c) Kemampuan mengubah “egosentrisme” para bawahan menjadi “organisasi-sentrisme”
a. Kemampuan sebagai ‘Modal‘ Seorang Pemimpin
Kemampuan tertentu sudah harus dibawa pada waktu lahir sebagai modal utama. Akan tetapi modal tersebut perlu dipupukdan dikembangkan. Telah umum diketahui bahw salah satu cara paling efektif untuk mengembangkan modal yang dimaksud adalah melalui pendidikan an pelatihan. Akan tetapi sangat menarik untuk disimak bahwa masih ada unsur lain yaitu kesempatan menimba pengalaman dengan perolehan kepercayaan untuk menduduki jabatan pemimpin. Tanpa kesempatan demikian sesseorang yang merasa sudah siap untuk memimpintidak akan dapat membuktikannya dalam duia nyata.
b. Pembedaan Antara Manajer dan Pemimpin
Dalam konteks kehidupan organisasional, manajer dan pemimpin adalah dua hal yang berbeda. Seorang pakar bernama Abraham Zaleznik dari Universitas Harvard mengatakan bahwa :
a) Para manajer cenderung menampilkan sikap impersonal, bahkan pasif terhadap tujuan, sedangkan pemimpin menunjukkan sikap personal dan aktif
b) Para manajer cenderung memandang kekaryaan sebagai proses yang memungkinkan penggabungan manusia dan ide yang berinteraksi dalam penentuan strateegi dan pengambilan keputusan, sedangkan pemimpin berangkat dari kesediaan mengambil resiko tinggi bahkan mereka cenderung mencari resiko dan bahaya
c) Para manajer senang bekerja dengan manusia dan menghindari kegiatan menyendiri, sedangkan pemimpin sering bermain dengan ide, sifat hubungan dengan manusia yang disenanginya lebih bersifat instuitif disertai denan ketegasan.
c. Dari ‘Ego-Sentrisme’ ke ‘Organisasi-sentrisme’
Ketika seseorang memasuki suatu organisasi, misalnya karyawan, dia pasti membawa serta cita – cita, harapan, keinginan, dan kebutuhan yang sifatnya unik. Pad mulanya hal –hal tersebut mewarnai sikap. Indakan dan prilakunya. Dengan kata lain, pada wal kekaryaan seseorang , egosentrismenyalah yang menonjol. Akan tetapi situasi yang demikian tidak boleh dibiarkan berlanjut. Karena itu salah satu tantangan bagi seorang pemimpin adalah megubah sikap, tindakan, prilaku seperti itu sedemikian rupa sehingga egosentrisme para karyawan berubah menjadi organisasi-sentrisme.

2. Peranan Pemimpin dalam Organisasi
a. Peranan yang Bersifat Interpersonal
Pertama : Selaku simbol keberadaan organisasi. Peranan tersebut dimainkan dalam berbagai kegiatan yang bersifat legal dan sereonial. Kedua : selaku pemimpin yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan yang dalam kenyataannya berarti berurusan dengan semua bawahan. Ketiga : Peran selaku penghubung dimana seorang manajer harus mampu menciptakan jarinana yang luas dngan memberikan perhatian khusus kepada mereka yang mampu berbuat sesuatu kepada organisasi dan berbagai pihak yang memiliki informasi yang diperlukan organisasi.
b. Peranan yang Bersifat Informasional
Pertama : Karena seoranng manajer adalah pemantau arus informasi yang terjadi dari dan ke dalam orgnisasi. Seorang manajer selalu memperoleh informasi daari dalam dan luar organisasi. Bahkan informasi yang seharusnya tidak ditujukan kepadanya tetapi kepada orang lain dalam organisasi.
Kedua : Peran sebagai pembagi atau deseminator informasi. Peran ini menuntut pemahaman yang mendalam tenteng makna informasi yang diterimanya, dan pengetahuan tentang berbagai fungsi yanng harus diselenggarakan.
Ketiga : Peran selaku juru bucara organisasi. Peran memerlukan kemampuan menyalurkan informasi secara tepat kepada berbagai pihk di luar oeganisasi, terutam jika menyangkut informasi tentang rencana, kebijaksanaan, tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh organisasi.
c. Peran Pengambilan Keputusan
Jikapilihan harus dijatuhkan pada tiga peran yang harus dimainkan seorang pemimpin dlam organisasi, mungkin akan banyak orang menjatuhkanpilihan pada peran keiga ini. Peranan ini mengambl empat bentuk, sebagai berikut:
a) Selaku enterpreneur
b) Peredam gangguan
c) Pembagi sumber dana dan daya
d) Perunding bagi organisasi

3. Fungsi – Fungsi Manajemen
fungsi – fungsi manajemen yang dimaksud, yaitu:
a. Sekilas tentang Perencanaan
Inti konsep perencanaan adalah “pengambilan keputusan sekarang olehmanajemen tentang hal – hal yang akan dilakkan di masa yang akan datang”. Implikasi dari defenisi tersebut adalah :
1) Telah dimaklumi bahwa suatu organisasi didirikan untuk mencapai suat tujuan tertentu. Rincian tujuan tersebut yaiut :
a. Apa yang akan dilakukan?
b. Kapan melakukannya?
c. Bagaimana cara melakukannnya?
d. Di mana akan dilakukan?
e. Siapa yang akan melakukannya?
f. Mengapa harus dilakukan?
2) Merencanakan berarti mengambil keputusan; hal ini harus disadari benar. Karena keputusan tersebut akan dillaksanakan di masa depan, manajemen harus siap menghadapi resiko tidak tepatnya keputusan yang diambil. Untuk meminimalisasi resiko tersebut, kegiatan perencanaan perlu didahului oleh suatu analisis yang mengidentifikasikan faktor- faktor kekuatan organisasi, kelemahannya, kemampuannya memanfaatkan peluang, dan ketangguhannya menghadapi ancaman.
3) Perumusan dan penentu strategi. Untuk kepentingan perencanaan, srategi biasanya didefenisikan sebagai pernyataan manajemen tentang bisnis apa yang akan ditekuni oleh perusahaan sekarang dan dalam iang bisnis apa perusahaan akan bergerak di masa yang akan datang.
b. Sepintas Kilas Tentang Pengorganisasian
Prinsip – prinsip organisasi, pemahaman tentang tipologi organisasi, serta pemilihan tipe dan struktur yang tepat telah dibahas, yang perlu diulangi lagi yaitu bahwa penggunaan struktur dan tipe yang tepat akan sangat berguna dalam meningkatkan produktivitas kerja seluruh komponen organisasi.
c. Penanganan Sumber Daya Manusia
Diantara berbagai istilah yang lumrah digunakan untuk mendefenisika fungsimanajemen yaitu: directing, leading, staffing, actuating, dan motivoting. Menurut penulis, perbedaan – perbedaan tersebut merupakan akibat dari empat faktor. Yaitu:
1) Pengakuan bahwa sumber daya manusia merupakan elemen yang paling stratgik dalam organisasi apa pun termasuk organisasi bisnis
2) Terepas dari kemajuan pesat yang dicapai umat manusia dlam ilmmu pengr\etahuan dan teknologi, pemahaman yang tuntas tentang manusia belum dicapai.
3) Terjdinya proses demokratisasi dalam kehidupan berorganisasi
4) Karena perbedaan individual para anggota organisasi manajemen, maka mereka dituntut melakukan pendekatan yang situasional.

d. Perihal Pengawasan
Salah satu pemeo yang sangat sering terdengar dalam manajemen ialah bahwa “ perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang yang sama”. Perlu ditekankan bahwa pengawasan ditujukan juga sebagai instrumen untuk mengubah prilaku disfungsional atau menyimpang, bukan untuk serta merta mengenakan sanksi atau hukuman, tetapai untuk membantu yang bersangkutan untuk mengubah atau melurusakan prilakunya.
e. Sekilas tentang Penilaian
Ada dua alasan teritorikal yang sifatnya mendasar, mengapa penulis menganut dan mengembangkan teori ini:
1) Dari defenisi penilaian yang penulis rumuskan sebagai :”Usaha pembandingan antara hasil yang nyatanya dicapai dan seharusnya dicapai dengan pedoaman yang tertuang dalam sistem manajemen melalui pelaksanaan berbagai kegiatan organisasional”.
a. Kegiatan penilaian harus ditujukan pada makna hakiki dari tujuan yang ingin dicapai
b. Penilaian perlu diarahakan pada pengkajian ulang strategi yang telah ditetapkan.
c. Rencana yang telah ditetapkan pun menjadi objek penilaian karena tiak mustahil bahwa kinerja organisasi rendah,sebagai akibat adanya rencana yang tidak tepat.
d. Demikian juga halnya dengan pengorganisasian.
e. Hal senada dapat dikatakan tentang penanganan sumber daya manusia
f. Pelaksanaan kegiatan operasional pun merupakan sasran penilaian
g. Pengawasan merupakan salah satu sasaran penilaian guna manjamin bahwa, pengawasan dilaksanakan dengan objektif dan rasional dengan menggunakan teknik dan takaran yang sudah baku dan disepakati bersama
2) Perbedaan kedua menyangkut orientasi waktu.

4. Tipologi Kepemimpinan
dari berbagai studi tentang kepemimpinan diketahui ada lima tipe kepemimpinan, masing – masing dengan ciri – cirinya. Lima tipe itu ialah:
a. Tipe Otoriter
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai orang yang otoritermemiliki ciri – ciri yang pada umumnya negatif. Ciri – ciri yang menonjol pada tipe ini adalah:
1) Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol keberadaan organisasi sehingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi adalah identik.
2) Kegemarannya menonjolkan diri sebagai “penguasa tunggal” dalam organisasi
3) Pemimpin yang otoriter biasanya dihinggapi oleh penyakit “megalomaniac” dalam arti gila hormat
4) Tujuan pribadinya identik dengan tujuan organisasi
5) Karena pengapdian para karyawan diinterprestasikan sebagai pengabdian yang sifatnya pribadi, loyalitas para bawahan meruapakan tuntutan yang sangat kuat
6) Pemimpin yang otoriter menentukan dan menerapkan disiplin organisasi yang keras dan menjalankannyadengan sikap yang kaku.
7) Seorang pemimpin yang otoriter biasanya menyadari bahwa gaya kepemimpinannya yanng toriter itu hanya efekiv jika yang bersangkutan menerapkan pengendalian atau pengawasan yang ketat.
b. Tipe Paternalistik
Pengalaman para praktisi dan penelitian para ahli menunjukkan bahwa banyak pejabat pemimpin dalam berbagai jenis organisasi yang dikelola dengan menggunakan norma – norma tradisional. Ciri –ciri yang menonjol adalah :
1) Penonjolan keberadaannya sebagai simbol organisasi
2) Sering menonjolkan sikap “paling mengetahui”
3) Memperlakukan para bawahan sebagai orang – orang yang belum dewasa, bahkan seolah – olah mereka masih nak – anak.
4) Sifat melindungi
5) Sentralisasi pengambilan keputusan
6) Melakukan pengawasan yang ketat
c. Tipe Laissez Faire
Tipe ini ditandakan dengan ciri – ciri yang mungkin dapat dikatakan ‘aneh’ dan sulit membayangakan situasi organisasional dimana tipe ini dapat digunakan secara efektiv. Ciri – ciri yang menonjol ialah :
1) Gaya santai yang berangkat dari pandangan bahwa organisasi tidak menghadapi masalah serius dan kalupun ada, selalu dapat ditemukan penyelesaiannya.
2) Pemimpin tipe ini tidak senang mengambil resiko dan lebih cenderung pada upaya mempertahankan status quo
3) Tipe ini gemar melmpahkan kepada par bawahan dan lebih menyenangi situasi bahwa para bawahanlah yang mengambil kepuusan dan keberadaannya dalam organisasi lebih bersifat suportif.
4) Enggan mengenakan sanksi terhadap bawahan yang menampilkan rilaku disfungsional atau menyimpang tetapi sebaliknya
5) Memperlakukan bawahan sebagai rekan an karena itu hubungan yang bersifat hierarkis tidak disenangi
6) Keserasian dalam interaksi organisasional dipandang sebagai etos yang perlu dipertahankan.

d. Tipe Demokratik
tdak sedikit orang mendambakan atasan rgolong sebagai pemimipin yang demokratik. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa tipe inilah yang ideal, ciri – cirinya sebagai berikut :
1) Mengakui harkat dan martabat manusia
2) Menerima pendapat yang mengatakan bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang paling strategik dalam organisasi
3) Para bawahannya merupakan insan dengan jati diri yang khas dan karena itu harus diperlakukan dengan mempeertimbangkan kekhasannya itu
4) Pemimpin yang demokratik tangguh membaca situasi yang dihadapi yang mampu menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi tersebut
5) Gaya kepemimpinana yang demokratik rela dan mau melimpahkan wewenang pegambilan keputusan kepada para bawahannya
6) Mendorong para bawahan untuk megembangkan kreativitasnya ntuk diterapkan secara inovati dlam pelaksanaan berkarya
7) Tidak ragu – ragu membiarkan para bawahan mengambil resiko dengan catatan bahwa faktor 0 faktor yang berpengaruh telah diperhitungkan engan matang
8) Pemimpin yang demokraik bersifat mendidik dan membina

e. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik dipersepsikan sebagai seorang yang bersedia :
a) Membuat komitmen
b) Mengambil resiko pribadi
c) Mempertaruhkan reputasi
d) Membayar ongkos tinggi
e) Memberikan pengorbanan yang diperlukan demi terwujudnya visi yang telah ditetapkan
Pemimpin yang kharismatik mampu membaca situasi organisasional yang dihadapinya dan mampu mengenali karakteristik para bawahannya sehingga dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan situasi yang dihadapi itu.

5. Tiga Jenis Teori Kepemimpinan
Literatur tentang kepemimpinan biasanya mengulas berbagai jenis teori kepemimpinan. Tiga jenis teor yang menonjol, yaitu:
a. Teori Ciri - ciri
teori ini sering dianggap sebagai teori paling tua meskipun selalu mengalami pemutakhiran dan sering digunakan sebagai titik tolak untuk memahami kepemimpinan. Berikut adalah ciri – ciri versi penulis :
1) Pengetahuan yang luas
2) Kemampuan bertumbuh
3) Berfikir inkuisitif
4) Berfikir analitik
5) Daya ingat yang kuat
6) Kemampuan integratif
7) Kemampuan berkomunikasi
8) Kemampuan mengajar
9) Rasionalitas
10) Objektivitas
11) Pragmatisme
12) Kemampuan menentukan skala prioritas secara tajam
13) Naluri tepat waktu
14) Naluri kohesi organisasional
15) Naluri relevansi
16) Peranan sebagai panutan (role model)
17) Menjadi pendengar yang baik
18) Sikap adaptif
19) Fleksibilitas
20) Sikap tegas
21) Keberanian
22) Orientasi masa depan
23) Sikap antisipatif
24) Sikap proaktif
25) Visionaris

b. Teori Keperilakuan
Inti teori keperilakuan adalah pandanagn yang mengatakan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang pada tingkat yang dominan ditentukan oleh kemampuannya menekankan orientasi manusia di satu pihak dan orientasi tugas di pihak lain.
c. Teori Situasional (Contingency)
Makin banyaknya teori kepemimpinan yang berusaha mendalami teori situasional membuktikan besarnya hasrat untuk secara ilmiah mendalami hal – hal yang menyangkut efektivitas kepemimpinan dari orang yangh mendapat kepercayaan menduduki berbagai jabatan profesional.
Gaya situasional yang dikatkan dengan tugas hubungan, ialah bahwa seorang manajer atau pemimpin akan menggunakan gaya tertentu, tergantunga pda apa yang menonjol, tugas atau hubungan. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
1) Pemimpin “memberitahukan”, artinya peimpin menggunakan gaya direktif apabiala tugas yang harus diselesaikan penting dan hubunagan yang bersahabat tidak memainkan peranan yang domianan.
2) Gaya “menjual”, gaya ini tetap dalam hal penyelesaiaan tugas penting tetapi hubungan yang serasi mutlak terpelihara
3) Menggunakan “partisipatif”, gaya ini dapat digunakan dalam hal tugas yang harus dilaksanakan teramat penting akan tetapi hubungan yang serasi dipersepsikan sebagai hal mendasar
4) Melimpahkan wewenang, karena pelaksanaan tugas mungkin tidak mendesak dan pemeliharaan hubungan yang bersahabat pun tidak perlu perhatian khusus
Gaya Yang dikaitkan dengan tingkat kedewasaan para bawahan, teori situasional juga menekankan bahwa gaya seorang pemimpin ditentukan juga oleh tingkat kedewasaan para bawahannya. Kedewasaan itu berada pada empat ttingkat, yaitu:
1) Para bawahan tidak mampu dan tidak mau
2) Para bawahan tidak mampu meskipun ada kemauan untuk berbuat semaksimal mungkin
3) Para bawahan sebenarnya mampu tetapi prilakunya cenderung negatif,
4) Para bawahan mampu dan mau

1 komentar: